MacamMacam Alat Musik Sunda. Jawaban yang benar untuk pertanyaan itu. Bahasa makanan alat musik pakaian adat tarian kebiasaan orang bali 11161268. Suku Sunda merupakan salah satu suku yang menempati wilayah Indonesia bagian barat seperti Banten Jakarta Jawa Barat hingga Lampung. Alat musik tradisional Indonesia ieu dibagi kana
KataKunci: pembelajaran, pengembangan media, upacara adat mantu, basis android. Memahami isi teks eksposisi tentang tradisi adat mantu salah satu kompetensi dasar yang terdapat dalam standar isi mata pelajaran bahasa Jawa SMK. Siswa diharapkan memenuhi ketuntasan dalam pembelajaran upacara adat mantu.
Olehkarena itu berdirinya kerajaan pagatan hanya merupakan kerajaan kecil yang berdaulat pada Kerajaan Banjar yang merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di wilayah Nusantara. Keberadaan kerajaan Pagatan justeru membantu Kerajaan banjar dalam mempercepat pembangunan diwilayah pesisir dan penyebaranan Agama Islam di Kalimantan
MenurutSumarsono (2007), tata upacara pernikahan adat jawa adalah sebagai berikut : 1. Babak I (Tahap Pembicaraan) Yaitu babak atau tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan (gethok dina). a.
Sasandodigunakan untuk upacara adat penyambutan tamu, pernikahan, dan acara lainnya. 5. Fungsi Finansial Garantung merupakan salah satu alat musik khas Batak Toba, Murid kelas 4 SD akan membaca sebuah Teks nonfiksi berjudul Alat Musik Garantung dari Sumatra Utara yang ada pada buku Tematik.. Lalu murid diminta untuk menentukan
Pasangtarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan.Didahului dengan pemasangan Bleketepe, yaitu anyaman dari daun kelapa (janur) yang merupakan simbolis sebagai “peneduh”, yang dulunya digunakan untuk para tamu yang tidak bisa ditampung keseluruhan didalam rumah yang punya hajat yang sekarang
lVH9bS. Bokeh Situs Download http Contact Result for Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu TOC Daftar IsiMateri Budaya Mantu Pernikahan Adat Jawa 18, 2018 Dalam kebudayaan Jawa, banyak upacara-upacara adat yang dilakukan masyarakatnya. Diantara banyaknya kebudayaan Jawa tersebut terbagi menjadi tiga yaitu metu lahir, manten nikah, dan mati. Pada artikel kali ini, akan menyajikan materi tentang salah satu tradisi Jawa tersebut yaitu tata cara dan urutan mantenan dalam bahasa SIMBOLIK UPACARA SIRAMAN PENGANTIN ADAT JAWA - UIN WalisongoSiraman mandi merupakan upacara adat Jawa yang dilakukan sehari sebelum pengantin melaksanakan ijab qabul. Dalam upacara siraman tata pelaksanaan dan peralatan ubarambe yang digunakan sudah maton/pakem sebagai sebuah simbol yang memiliki arti dan makna. Makna dan arti simbol dalam siraman tidak terlepas dari konteks KAMUS VISUAL UBARAMPE MANTU ANDROID SEBAGAI MEDIA - IPTSUbarampe adalah peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan upacara adat. Maka yang dimaksud dengan ubarampe mantu adalah peralatan atau properti yang dibutuhkan dalam pelaksanaan upacara adat mantu. Nugroho & Hidayat 2021 menyatakan bahwa ubarampe merupakan hal penting dan harus ada dalam pelaksanaan upacara adat karena ubarampe mengandung Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu TATA UPACARA MANTU PERALATAN PERKAWINAN i. PASANG TARUP Pada umumnya bangunan rumah yang tidak besar / tidak luas, tidak dapat menampung jumlah tamu yang besar kalau rumah tersebut untuk menyelenggarakan upacara mantu peralatan perkawinan yang serba luas, maka untuk keperluan itu lalu Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuMay 1, 2022 Tahapan upacara panggih dalam pernikahan adat Jawa selanjutnya adalah upacara balangan gantal. Balangan artinya melempar, sedangkan gantal artinya daun sirih yang diisi dengan bunga pinang, kapur sirih, gambir, dan tembakau yang diikat dengan menggunakan benang Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu TATA UPACARA MANTU PERALATAN PERKAWINAN i. PASANG TARUP Pada umumnya bangunan rumah yang tidak besar / tidak luas, tidak dapat menampung jumlah tamu yang besar kalau rumah tersebut untuk menyelenggarakan upacara mantu peralatan perkawinan yang serba luas, maka untuk keperluan itu lalu Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAlat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuAug 26, 2022 Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu. Alatyangdigunakanpada upacaraminum teh Jepang CHANOYU Upacaraminum teh merupakan ritual tradisional Jepang dalammenyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chado atau cha no yu yangberkembang terutama dari pengaruh Buddhisme / Kelengkapan Pada Prosesi Panggih 11, 2017 Dalam prosesi panggih terdapat beberapa ubarampe kelengkapan yang dilaksanakan saat resepsi pernikahan yang secara batiniah mempunyai makna simbolis sekaligus permohonan kepada Tuhan YME. 1. Gantal , merupakan ubarampe yang dibuat dari daun sirih yang matemu rose dan dilipat membulat/dilinting .Apa Itu Tradisi "Ngunduh Mantu" dalam Pernikahan Adat Jawa - KAMUS VISUAL UBARAMPE MANTU ANDROID SEBAGAI MEDIA Apr 12, 2023 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kebutuhan siswa dan guru terhadap kamus visual ubarampe mantu berbasis android, mengembangkan prototipe kamus visual ubarampe mantuUbarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu66 JURNAL AGASTYA VOL 7 NO 1 JANUARI 2017 UPACARA ADAT MANTU KUCING Dari penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa upacara adat mantu kucing di Desa Purworejo Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan telah ada sejak tahun 1954. Tradisi tersebut masih tetap dijalankan ketika Desa Purworejo mengalami kemarau PERKAWINAN URUT-URUTAN / TATACARA MANTU - BloggerNov 10, 2011 Tarup merupakan awal kegiatan perlatan mantu. Berbarengan dengan tarup tersebut disertakan upacara selamatan wilujengan yang berisi doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Nabi Rosul dan para leluhur, agar peralatan perkawinan dapat berjalan lancar dan selamat sehingga tercapai apa yang diharapkan. Mantu Mengetahui Arti dan Rangkaian AcaranyaJun 16, 2021 Daftar isi artikel Rangkaian Prosesi Ngunduh Mantu Mengenal Berbagai Macam Istilah Tradisi Ngunduh Mantu Ngunduh mantu adalah sebuah tradisi yang membuat momen pernikahan terlihat spesial dan juga unik. Ngunduh mantu sendiri sering dijadikan sebuah prosesi pelengkap bagi pernikahan adat Jawa dan juga adat 7 Upacara Adat di Indonesia dan Tujuannya, Ada Tradisi Bakar Jul 18, 2022 Upacara adat merupakan warisan turun temurun yang diadakan sesuai kepercayaan masyarakat setempat. Setiap upacara adat memiliki tujuan yang berbeda-beda, ada upacara yang diadakan untuk pernikahan, kelahiran, maupun kematian. Berikut ini sejumlah upacara adat dan tujuanya di Indonesia. Upacara Adat di Indonesia dan Tujuannya Upacara Adat di Indonesia - 11, 2021 Dikutip dari jurnal Upacara Adat Mantu Kucing di Desa Purworejo Kabupaten Pacitan Makna Simbolis dan Potensinya sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah 2017 oleh Trisna Sri Wardani dan Soebijantoro, Upacara Adat Mantu Kucing merupakan upacara adat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar menurunkan hujan di daerah tempat diselenggarakannya Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat MantuTabuik - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasDalam setiap upacara adat selalu ada alat pengiring untuk mengiringi tiap ritual. Hal yang sama juga ada di dalam upacara adat Tabuik. Alat yang digunakan untuk mengiringi upacara adat ini adalah alat musik gendang tasa atau dikenal secara luas sebagai gendang Jenis Alat Musik Suku Batak, Sering Dimainkan saat Upacara AdatFeb 27, 2023 1. Ogung 2. Garantung 3. Sulim 4. Balobat 5. Sarune Bolon 6. Gondang 7. Arbab 8. Taganing 9. Hasapi 10. Tulila 11. Gordang Sambilan Medan - Suku Batak adalah salah satu suku yang paling banyak kita temui di Sumatera Utara, khususnya di sekitaran Danau Siraman Pengantin Pengertian, Tujuan, Tata Cara, dan Makna Jan 25, 2022 Pengertian Siraman Siraman berasal dari bahasa Jawa, yaitu kata siram yang artinya mandi. Ada pula yang memaknainya dengan mengguyur. Secara istilah, siraman merupakan proses memandikan atau mengguyur calon pengantin sebelum prosesi ijab kabul dilaksanakan. Bagi masyarakat Jawa, siraman tidak hanya membersihkan raga Tahapan Upacara Panggih dalam Pernikahan Adat Jawa dan - WolipopFeb 23, 2020 1. Upacara Penyerahan Sanggan Setelah persiapan dan waktu yang direncakan untuk menikah, pengantin wanita keluar dari dalam rumah dan duduk di kursi pengantin berhias indah dimuka petanen atau disebut krobongan. Kemudian pengantin pria tiba, diapit oleh sesepuh pria dan dilakukan upacara penyerahan Upacara Adat di Indonesia dan Tujuannya yang Wajib DiketahuiMar 7, 2020 Upacara adat Jawa Timur adalah Kasada. Tradisi ini dimiliki oleh suku Tengger yang memeluk agama Hindu untuk meminta pengampunan dari Brahma atau Dewa Pencipta. Dalam upacara adat ini, suku Tengger biasa akan melempar beberapa sesajen ke kawah Gunung Bromo, misalnya sayuran, buah-buahan, hasil ternak, hingga uang. 4. Mekikuwa di Sulawesi UtaraRelated searchesRelated Keywords For Ubarampe Alat Yang Digunakan Dalam Salah Satu Upacara Adat Mantu The results of this page are the results of the google search engine, which are displayed using the google api. So for results that violate copyright or intellectual property rights that are felt to be detrimental and want to be removed from the database, please contact us and fill out the form via the following link here.
Benda dan Alat Upacara Rambu Solo’ Toraja - Pelaksanaan upacara rambu solo’ terdapat beberapa benda atau alat upacara yaitu A. La’bo’ Parang Pada pelaksanaan upacara rambu solo’ parang la’bo’ digunakan untuk menyembelih hewan kerbau dan babi yang dikurbankan oleh keluarga, memotong bambu, dll. B. Tallang Bambu Masyarakat kelurahan Padangiring sampai pada saat ini masih memanfaat sumber alam seperti bambu untuk kegiatan adat seperti upacara rambu solo’. Pemanfaatan bambu selain digunakan untuk pembuatan pondok, dapat pula digunakan untuk memasak daging babi dengan campuran sayur miyana, daun pepaya. C. Bayu lotong Baju hitam Masyarakat Toraja apabila berada ditempat dukacita kematian, dominan menggunakan baju hitam. Warna hitam melambangkan kematian dan kegelapan. Pakaian serba hitam ma’lotonglotong digunakan oleh keluarga yang berduka juga para pelayat sebagai wujud dukacita karena kematian. D. Sambu’ lotong Sarung Hitam Salah satu ciri khas berpakaian masyarakat Toraja yaitu menggunakan sarung. Hal itu dapat dilihat apabila ada acara banyak orang tua baik kaum bapak, kaum ibu maupun anak mudah menggunakan sarung sambu. Pada upacara rambu solo’ akan dijumpai masyarakat menggunakan sarung hitam sambu’ lotong sebagai simbol ikut merasa dukacita. Penggunaan sarung bagi masyarakat Toraja merupakan salah satu busana kehormatan yang mencerminkan nilai kesopanan. E. Sepu’ Sepu merupakan tas khas Toraja, berbahan tenun tangan yang dihiaskan manik-manik pada bagian ujung tas. Sepu digunakan oleh keluarga untuk menyuguhkan sirih, kapur, pinang kalosi, rokok maupun gula-gula kepada tamu yang datang melayat. F. Gayang Gayang merupakan keris yang pada hulu dan sarungnya berbalut emas, dipajang depan lakkian dan pondok penerimaan tambu lantang kamrampoan. Pada upacara rambu solo’ gayang dipasang menghadap kearah barat dan jumlah harus genap, melambangkan laki-laki yang gagah mulia. G. Kandaure Kandaure merupakan hiasan yang dibuat dari manik-manik yang melambangkan harga diri seseorang dan biasanya dipakai oleh wanita. H. Tombi/Layo Kain yang diikat pada bambu menyerupai sebuah bendera. Tombi atau layo ini dibuat sesuai jumlah kerbau yang disumbangkan oleh keluarga yang meninggal. J. Bombongan Bombongan akan dibunyikan pada saat upacara dimulai ataupun pada saat upacara telahselesai. K. Kaseda Kain merah Kaseda merupakan kain merah panjang yang digunakan pada saat ma’pasonglo. Ma’pasonglo merupakan perarakan jenazah sekitar tempat pelaksanaan upacara. Kaseda kain merah diikat pada saringan usungan jenazah yang menyerupai rumah adat Toraja kemudian ditarik oleh keluarga, secara tidak langsung tempat berlindung dari teriknya matahari. L. Tedong Kerbau Tedong kerbau hewan yang paling memiliki nilai, hewan istimewa dikalangan masyarakat Toraja. Kerbau sebagai hewan utama dan keharusan dalam pelaksanaan upacara rambu solo’. Tak heran apabila harga kerbau begitu fantastis berkisar puluhan juta bahkan sampai ratusan juta.[bp]
Benda –benda dan Alat-alat Upacara Dalam melaksanakan perkawinan adat biasanya pihak orang tua calon pengantin perempuan mengadakan persiapan-persiapan dan mempersiapkan alat- alat upacara untuk kepentingan upacara panggih. Adapun benda-benda dan alat- alat yang harus di persiapkan adalah a. Pemasangan Tratak Pemasangan Tratak atau tenda di laksanakan apabila waktu pelaksanaan perhelatan sudah dekat, dua atau tiga hari sebelum pelaksanaan ijab Kabul dan upacara adat, ini berguna sebagai syarat dalam melaksanakan suatu acara maupun upacara. Setelah pemasangan tarub di susul dengan pemasangan tarub, yaitu memasang hiasan-hiasan dengan macam-macam daun-daun dan buah-buahan, namun ada terdapat perubahan di era modern saat ini, dimana hiasan-hiasan yang terbuat dari berbagai macam daun-daun dan buah-buahan serta janur kuning tidak lagi di pergunakan melainkan menggunakan kain gorden yang memiliki ukuran yang sesuai dengan tratak dan memiliki berbagai warna varian yang di sediakan oleh penyedia jasa wedding organizer. Tempat-tempat yang perlu di pasang tratak dan tarub yaitu Bagian depan dan di dalam ruang tamu rumah, kamar calon pengantin, di bagian depan dapur, di bagian kanan kiri samping rumah ini di lakukan untuk pelaksanaan upacara Siraman dan ijab Kabul dimana acara tersebut di selenggarakan di kediaman orang tua calon pengantin perempuan. b. Tempat Siraman Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana upacara Siraman yang sangat lengkap namun ada juga beberapa perubahan yang Universitas Sumatera Utara terjadi, diantaranya ialah karpet untuk upacara Siraman yang dulu nya terbuat dari anyaman daun pandan atau daun kelapa kini berubah menjadi sangat praktis yang terbuat dari karpet karet yang di ciptakan menyerupai anyaman daun kelapa muda. Sisi kepraktisan sangat terasa dalam upacara perkawinan adat suku Jawa yang ada di Kota Medan ini, khususnya di Kecamatan Medan Selayang. Namun di balik itu makna yang terkandung masih kuat tersirat di dalam setiap ritualisasi upacara adat perkawinan suku Jawa yang penulis lakukan pada penelitian tersebut yang mengajarkan tentang makna kehidupan agar hidup harmonis sehingga kelak menjadi keluarga yang baik dan bahagia. Sarana siraman yang harus di sediakan terdiri dari klasa tikar yakni tikar terbuat dari daun pandan berukuran kecil sekitar 25 x 35 cm, di bagian pinggirnya di beri plisir atau lapisan kain merah dan putih, tikar pandan, seikat daun opo-opo dan daun dadap serep di bungkus kain mori, tebu wulung, daun jati, daun beringin, kelapa gading, jenang atau bubur tujuh rupa, dan satu ekor ayam jantan hidup. Sesajen, jajan pasar, dan prasarana acara siraman di atur dengan baik, kemudian di letakkan di area tempat berlangsungnya siraman, Sebelum acara siraman di mulai, terlebih dahulu di siapkan sesajen dan perlengkapan lainnya yang harus di sediakan. Sesajen dan sarana kelengkapan upacara Siraman adalah sebagai berikut 1. Tumpeng Robyong Sesaji siraman berupa tumpeng robyong, yakni tumpeng nasi putih berbentuk kerucut pada puncaknya di beri telur rebus, bawang merah, dan cabe merah yang di tancapkan. Juga di sertakan lauk pauk goring seperti tempe, daging, dan ikan laut yang di tancapkan sekeliling tumpeng, serta bunga telon Universitas Sumatera Utara melati, mawar, dan kenanga. Tumpeng di tempatkan dalam sebuah bakul, sekelilingnya di sertakan tancapan sayur-sayur mentah, seperti terong, kacang- panjang, dan lainnya di tata serasi. Makna dari sesaji ini sebagai symbol harapan para tamu datang ramai berdatangan robyong. 2. Jajan Pasar Terdiri dari satu lirang pisang pulut atau pisang raja, aneka macam buah- buahan seperti salak, jambu, nangka, bengkuang, sawo, dan sebagainya. Juga disertakan makanan kecil antara lain ubi dan singkong rebus, wajik, kacang tanah rebus, jagung rebus, nanas, ketan dan apem. Semua jajan pasar ini di letakkan dalam satu tampah besar 3. Benda-benda pada upacara panggih. a. Busana pengantin Jawa yang di kenakan oleh kedua pengantin. b. Pelaminan, untuk tempat duduk kedua pengantin. Di kanan kiri pelaminan di letakkan hiasan janur dan payung Jawa. Pelaminan di letakkan tepi aula yang dipasang sehari sebelum upacara di laksanakan. Pelaminan juga mengalami modernisasi dalam setiap dekorasinya. Sarana dan prasaranya di sediakan oleh Event Organizer yang telah di pesan sesuai hiasan adat Jawa yang semestinya. c. Kacang-kacangan yaitu terdiri dari kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kacang putih, jagung halus, jagung kasar, padi, dan beras yang digunakan sebagai prosesi kacar kucur. Universitas Sumatera Utara d. Telur ayam kampong putih bersih yang di letakkan diatas nampan talam kuningan dan di taburi dengan bunga setaman. Di gunakan pada prosesi ngidak endhok wiji dadi e. Nasi walimah, yaitu nasi kuning beserta lauk-pauknya untuk prosesi upacara dulangan atau dahar klimah. f. Selendang sindur, yaitu selendang yang tengahnya berwarna merah dan di tepinya berwarna putih. Di gunakan pada saat gendongan. g. Dua buah gantalan sirih yaitu beberapa lembar daun sirih yang di isi pinang yang telah di tumbuk, gambir, kapur sirih, dan di ikat menjadi satu dengan benang. Gantalan sirih di gunakan untuk acara balangan. h. Kembar Mayang dua pasang, yaitu dua buah hiasan yang mempunya bentuk yang sama terbuat dari janur kuning daun kelapa yang masih muda. Sepasang di bawa oleh rombongan pengantin pria dan sepasang lagi dibawa oleh rombongan pengantin perempuan. Kembar mayang ini nantinya akan di tukar antara rombongan pengantin pria dengan rombongan pengantin perempuan. Rangkaian kembar mayang adalah sebagai berikut; 1. Bentuk keris-kerisan, 2. bentuk payung- payungan, 3. Bentuk walang-walangan, 4. Bentuk kipas-kipasan, 5. Bentuk pecut-pecutan. i. Dua sisir pisang raja gedang ayu dan beberapa ikat dauh sirih suruh ayu yang di letakkan dalam satu sanggan tempat serta sebuah kelapa cikal bakal kelapa yang baru bertunas yang di letakkan di dalam satu sanggan yang di bungkus oleh kertas warna keemasan, yang di bawa oleh rombongan pengantin pria. Universitas Sumatera Utara j. bokor yang berisi air bunga setaman bunga melati, bunga mawar, dan bunga kenanga yang di gunakan untuk membasuh kaki pengantin pria pada saat usainya upacara ngidak endhok wiji dadi. c. Perlengkapan Dapur Sebelum malam midodareni tiba, pemasangan tratak dan tarub dengan segala perlengkapannya harus sudah selesai sehinggap tidak mengganggu upacara selanjutnya. Berbagai bumbu-bumbu dapur mulai di olah secara gotong royong oleh para kerabat, tetangga, yang turut membantu, serta bahan sembako lainnya seperti beras, minyak makan, daging, dan lain sebagainya. Sementara itu untuk sajian menu makanan pada acara resepsi sudah di sediakan oleh pihak Hotel Danau Toba Internasional Medan yang telah di sepakati bersama dari pihak keluarga pengantin perempuan. Aneka sesaji dapur dan tarub yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut 1. Sesaji tarub terdiri dari Sesaji satu temboktampah tampi yang di buat dari pelepah pohon pisang atau bamboo sujen di atasnya di isi dengan a. Satu takir tempat terbuat dari daun pisang jenang katul. b. Satu takir jenang merah putih c. Satu takir kembang boreh d. Satu takir bumbu dapur tidak dengan terasi, telor ayam mentah, dan kemiri e. Dua tumpeng-tumpengan. 2. Sesaji Dapur Tetuwuhan Universitas Sumatera Utara Yang terdiri dari tebu wulung, daun beringin, cengkir gading, janur kuning, yang kesemuanya di atur rapi sehingga menimbulkan rasa keagungan. 3. Sesaji malam Midodareni di selenggarakan tepat pada pukul WIB. C. Perlengkapan Busana Pengantin Di dalam lingkungan orang Jawa yang ada di Kota Medan, khusunya di Kecamatan Medan Selayang, perlengkapan busana memiliki kebebasan dalam memilih, namun pada dasar nya tetap mengacu dan tidak menghilangkan ciri khas tata cara serta pada busana pengantin adat Jawa Solo dalam melaksanakan upacara panggih. Ini dapat di lihat adanya berbagai modernisasi di dalam bentuk warna, motif, serta hiasan yang terdapat pada busana pengantin adat Jawa di Kota Medan ini. Jenis busana dan kelengkapannya yang di pakai oleh kalangan wanita Jawa, khususnya di lingkungan budaya Yoyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah adalah baju kebaya, kemben dan kain tapih pinjung dengan stagen. Baju kebaya dikenakan oleh kalangan wanita bangsawan maupun kalangan rakyat biasa baik sebagai busana sehari-hari maupun pakaian upacara. Pada busana upacara seperti yang dipakai oleh seorang garwo dalem. Misalnya, baju kebaya menggunakan peniti renteng di padukan dengan kain sinjang atau jarik corak batik, bagian kepala rambutnya digelung sanggul, dan di lengkapi dengan perhiasan yang di pakai seperti subang, cincin, kalung dan gelang serta kipas biasanya tidak ketinggalan. Universitas Sumatera Utara Untuk busana sehari-hari umumnya wanita Jawa cukup memakai kemben yang di padukan dengan stagen dan kain jarik. Kemben di pakai untuk menutupi payudara, ketiak dan punggung, sebab kain kemben ini cukup lebar dan panjang. Sedangkan stagen di lilitkan pada bagian perut untuk mengikat tapihan pinjung agar kuat dan tidak mudah lepas. Dewasa ini, baju kebaya pada umumnya hanya di pakai pada hari-hari tertentu saja, seperti pada upacara adat misalnya. Baju kebaya di sini adalah berupa blus berlengan panjang yang di pakai di luar kain panjang bercorak atau sarung yang menutupi bagian bawah dari badan dari mata kaki sampai pinggang. Panjangnya kebaya bervariasi, mulai dari yang berukuran di sekitar pinggul atas sampai dengan ukuran yang di atas lutut. Oleh karena itu, wanita Jawa mengenal dua macam kebaya, yaitu kebaya pendek yang berukuran sampai pinggul dan kebaya panjang yang berukuran sampai ke lutut. Kebaya pendek dapat di buat dari berbagai jenis bahan katun, baik yang polos dengan salah satu warna seperti merah, putih, kuning, hijau, biru dan sebagainya maupun bahan katun yang berbunga atau bersulam. Saat ini, kebaya pendek dapat di buat dari bahan sutera, kain sunduri brocade, nilon, lurik atau bahan-bahan sintetis. Sedangkan, kebaya panjang lebih banyak menggunakan bahan beludru, brokat, sutera yang berbunga maupun nilon yang bersulam. Kalangan wanita di Jawa, biasanya baju kebaya mereka di beri tambahan bahan berbentuk persegi panjang di .bagian depan yang berfungsi sebagai penyambung. Baju kebaya di pakai dengan kain sinjang jarik tapih dimana pada bagian depan sebelah kiri dibuat wiron lipatan yang di lilitkan dari kiri ke kanan. Untuk menutupi stagen di gunakan selendang pelangi dari tenun ikat celup yang Universitas Sumatera Utara berwarna cerah. Selendang yang di pakai tersebut sebaiknya terbuat dari batik, kain lurik yang serasi atau kain ikat celup. Selain kain lurik, dapat juga memakai kain gabardine yang bercorak kotak-kotak halus dengan kombinasi warna sebagai berikut hijau tua dengan hitam, ungu dengan hitam, biru sedang dengan hitam, kuning tua dengan hitam dan merah bata dengan hitam. Kelengkapan perhiasannya dapat di pakai yang sederhana berupa subang kecil dengan kalung dan liontin yang serasi, cincin, gelang dan sepasang tusuk konde pada sanggul. Baju kebaya panjang biasanya menggunakan bahan beludru, brokat, sutera maupun nilon yang bersulam. Dewasa ini, baju kebaya panjang merupakan pakaian untuk upacara perkawinan. Pada umumnya di gunakan juga oleh mempelai wanita Sunda, Bali dan Madura. Panjang baju kebaya ini sampai ke lutut, dapat pula memakai tambahan bahan di bagian muka akan tetapi tidak berlengkung leher krah. Pada umumnya kebaya panjang terbuat dari kain beludru hitam atau merah tua, yang di hiasi pita emas di tepi pinggiran baju. Kain jarik batik yang berlipat wiron tetap di perlukan untuk pakaian ini, tetapi biasanya tanpa memakai selendang. Sanggulnya di hiasi dengan untaian bunga melati dan tusuk konde dari emas. Sedangkan, perhiasan yang di pakai juga sederhana, yaitu sebuah sisir berbentuk hampir setengah lingkaran yang dipakai di sebelah depan pusat kepala. Baju kebaya panjang yang di pakai sebagai busana upacara biasa, maka tata rias rambutnya tanpa untaian bunga melati dan tusuk konde. Mengenai teknik dan cara membuat baju kebaya sangat sederhana. Potongan dan model kebaya Jawa, yang juga di pakai di Sumatera Selatan, daerah pantai Kalimantan, Kepulauan Sumbawa, dan Timor sebenarnya serupa dengan Universitas Sumatera Utara blus. Baju ini terdiri dari dua helai potongan, yaitu sehelai bagian depan dan sehelai lagi potongan bagian belakang, serta dua buah lengan baju. Modelnya dapat di tambah dengan sepotong bahan berbentuk persegi panjang yang di pakai sebagai penyambung antara kedua potongan bagian muka. Pada bagian badan kebaya di potong sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan krup. Ini di maksudkan agar benar-benar membentuk badan pada bagian pinggang dan payudara dan sedikit melebar pada bagian pinggul. Sedangkan, lipatan bawah bagian belakang dan samping harus sama lebarnya dan menuju ke bagian depan dengan agak meruncing. Lengkung leher baju menjadi satu dengan bagian depan kebaya. Lengkung ini harus cukup lebar sehingga dapat di lipat ke dalam untuk vuring kemudian di lipat lagi keluar untuk membentuk lengkung leher. Semua potongan tersebut dapat di kerjakan dengan mesin jahit ataupun di jahit dengan tangan. Sedangkan busana di kalangan pria, khususnya kerabat keraton adalah memakai memakai baju beskap kembang-kembang atau motif bunga lainnya, pada kepala memakai destar blankon, kain samping jarik, stagen untuk mengikat kain samping, keris dan alas kaki cemila. Busana ini di namakan Jawi jangkep, yaitu busana pria Jawa secara lengkap dengan keris. Meskipun seni busana berkembang baik di lingkungan keraton, tidak berarti busana di lingkungan rakyat biasa tidak ada yang khas. Busana adat tradisional rakyat biasa banyak di gunakan oleh petani di desa. Busana yang di pakai adalah celana kolor warna hitam, baju lengan panjang, ikat pinggang besar, ikat kepala dan kalau sore pakai sarung. Namun pada saat upacara perkawinan, bagi orang tua mempelai biasanya mereka memakai kain jarik dan sabuk sindur. Bajunya beskap atau sikepan dan pada bagian kepala memakai destar. Universitas Sumatera Utara 1. Busana Basahan Salah satu jenis busana adat yang terindah dan terlengkap di Indonesia terdapat di keraton Surakarta, Jawa Tengah. Sebab, tiap-tiap jenis busana tersebut menunjukkan tahapan-tahapan tertentu dan siapa si pemakaiannya. Dalam adat busana perkawinan misalnya, seorang wanita dan pria kalangan keraton mengenakan beberapa jenis busana, yang di sesuaikan dengan tahapan upacara, yaitu midodareni, ijab, panggih dan sesudah upacara panggih. Pada upacara midodareni, pengantin wanita memakai busana kejawen dengan warna sawitan. Busana sawitan terdiri dari kebaya lengan panjang, stagen dan kain jarik dengan corak batik. Sedangkan pengantin prianya memakai busana cara Jawi Jangkep, yang terdiri dari baju atela, udeng, sikepan, sabuk timang, kain jarik, keris dan selop. Saat upacara ijab, busana yang di pakai pengantin wanita adalah baju kebaya dan kain jarik berwarna putih, sedangkan pengantin pria memakai busana jass beskap modern yang juga berwarna putih dengan memakai kopiah. Begitu pula pada upacara panggih kedua mempelai memakai jenis busana yang sudah di tetapkan sebagaimana tata busana Solo putri yaitu pada busana pengantin perempuan menggunakan kain batik yang bercorak sido mukti, sido mulya, dan sido asih. Mengenakan kebaya beludru panjang warna hitam di prada dengan sulaman warna keemasan dengan sematan bros tiga susun. Pada alas kaki menggunakan selop berwarna hitam. Sementara itu, Busana pria juga senada dengan busana perempuan yang menggunakan kain batik sido mukti, sido mulya, sido asih, keris, jas beskap berwarna hitam dengan sulaman emas, kalung yang Universitas Sumatera Utara terbuat dari untaian kembang melati, alas kaki menggunakan selop berwarna hitam, serta di bagian pinggang menggunakan sabuk khusus. Pada upacara panggih ini, biasanya kedua mempelai pengantin melengkapi busana basahan dengan aneka perhiasan. Perhiasan yang biasa digunakan oleh mempelai pria adalah kalung ulur, timangepek, cincin, bros dan buntal. Sedangkan bagi pengantin wanita, perhiasan yang biasa di pakai adalah cunduk mentul, jungkat, centung, kalung, gelang, cincin, bros, subang dan timang atau epek. Berbeda dengan tahapan upacara sebelumnya, pada upacara setelah panggih, pengantin wanita memakai busana kanigaran, yaitu terdiri dari baju kebaya, kain jarik, stagen dan selop. Sedangkan pengantin pria menggunakan busana kepangeranan, yang terdiri dari kuluk kanigoro, stagen, baju takwo, sabuk timang, kain jarik, keris warangka ladrang, dan selop. Sebagai kelengkapan, dalam busana adat perkawinan, maka baik pengantin wanita maupun pria biasanya di rias pada bagian wajah dan sanggul. Tujuannya adalah agar mempelai wanita kelihatan lebih cantik dan angun dan pengantin pria lebih gagah dan tampan. Bagi pengantin pria, cara meriasnya tidak sedemikian rumit dan teliti sebagaimana pengantin wanita yang harus di rias pada bagian wajahnya mulai dari muka, mata, alis, pipi dan bibir. Busana Jawa baik pakaian sehari-hari maupun pakaian upacara sangat kaya akan ragam hias yang tak jarang memiliki makna simbolik di baliknya. Jenis ragam hias yang di kenal di daerah Surakarta maupun Jogyakarta adalah kain yang bermotifkan tema-tema geometris, swastika misalnya bintang dan matahari, hewan misal burung, ular, kerbau, naga, tumbuh-tumbuhan bunga Universitas Sumatera Utara teratai, melati maupun alam dan manusia. Motif geometris di antaranya adalah kain batik yang bercorak ikal, pilin, ikal rangkap dan pilin ganda. Motif berupa garis-garis potong yang disebut motif tangga merupakan simbolisasi dari nenek moyang naik tangga sedang menuju surga. Bahkan motif yang paling dikenal oleh masyarakat Surakarta adalah motif tumpal berbentuk segi tiga yang disebut untu walang, yang melambangkan kesuburan. Pada busana-busana khusus untuk upacara perkawinan di kenal juga motif pada batik tulis, seperti kain sindur dan truntum yang di pakai oleh orang tua mempelai. Sedangkan kain sido mukti, kain sido luhur, dan sido mulyo merupakan pakaian bagaian bawah mempelai. Fungsi pakaian, awalnya di gunakan sebagai alat untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin maupun panas. Kemudian fungsi pakaian menjadi lebih beragam, misalnya untuk menutup aurat, sebagai unsur pelengkap upacara yang menyandang nilai tertentu, maupun sebagai alat pemenuhan kebutuhan akan keindahan. Pada masyarakat di Jawa Tengah, khususnya di Surakarta fungsi pakaian cukup beragam, seperti pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi praktis, estetis, religius, sosial dan simbolik. Seperti kain kebaya fungsi praktisnya adalah untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan; fungsi estetis, yakni menghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik; fungsi sosial yakni belajar menjaga kehormatan diri seorang wanita agar tidak mudah menyerahkan kewanitaannya dengan cara berpakaian serapat dan serapi mungkin, serta memakai stagen sekuat mungkin agar tidak mudah lepas. Universitas Sumatera Utara Berikut pedoman busana pengantin adat Jawa Solo yang sering di gunakan di kota Medan 1. Ayah Pengantin Perempuan Memakai busana kain bermotif truntum cakar ayam, sabuk sindur yaitu sabuk yang terbuat dari kain selendang berwarna putih di tengah-tengahnya merah. Untuk gaya Solo Surakarta Sabuk sindur di pakai pada pinggang yang tertutup dengan baju beskap, sementara untuk gaya Jogyakarta sindur di pakai melilit di pinggang di luar baju surjan. 2. Ibu Pengantin Perempuan Untuk gaya Solo Surakarta sabuk sindur dipakai sebagai ikat pinggang juga dan cara pemakaiannya tertutup oleh baju kebaya, sedangkan untuk gaya Jogjakarta sindur tersebut digunakan sebagai kemben. Kain yang dipakai sama bermotif truntum cakar ayam seperti ayah pengantin perempuan. 3. Busana Pengantin Perempuan Pengantin perempuan berbusana kain yang bermotif nitik, sedangkan baju kebaya yang digunakan bebas asal masih baru. Begitu pula dengan busana pengantin pria. 4. Busana Pengantin Pria Pengantin pria berbusana kain dengan corak sama dengan pengantin perempuan, memakai blangkon, berkalung karset, dan memakai keris. Namun praktisnya setelah upacara Panggih dalam resepsi busana pengantin adat Jawa yang ada di Sumatera utara, khususnya Medan warna dan motif dipilih sesuai kenginan ahli bait yang tetap mengutamakan gaya busana kebesaran seperti raja dan permaisuri, dan apabila dalam resepsi tersebut di adakan kirab, maka kedua Universitas Sumatera Utara pengantin masuk keruangan yang telah di siapkan untuk ganti busana. Setelah beberapa saat pengantin berdua keluar dalam berbusana seperti putra raja yang disebut busana pangeran Busana Pangeranan. Biasanya busana kirab ini di siapkan atau di buat sendiri oleh ahli bait, dan apabila tidak memungkinkan, biasanya telah di siapkan oleh jasa Wedding Organizer. Gambar Busana Pengantin Gaya Solo Dokumentasi Mamipapi Photowork 2013 Universitas Sumatera Utara Gambar Busana Kepangeranan pada Upacara Kirab dengan corak warna biru muda Dokumentasi Mamipapi Photowork 2013 Gambar Busana Pagar Ayu dan Pagar Bagus dengan Motif Kebaya Modern pada Pagar Ayu dan Gaya Jas Beskap dan kain batik pada Pagar Bagus Dokumentasi Mamipapi Photowork 2013 Universitas Sumatera Utara Gambar Busana Kepangeranan pada Upacara Kirab Dokumentasi Mamipapi Photowork 2013 Gambar Foto Bersama dengan mengenakan Busana Kepangeranan khas adat Jawa Dokumentasi Mamipapi Photowork 2013 Universitas Sumatera Utara Pemimpin dan Pendukung Upacara
klasifikasi adat mantu yaitu 1. klasifikasi adat mantu yaitu 2. Arti/makna adat mantu adalah 3. Alat yang di gunakan pada saat upacara adat mantu 4. Contoh teks eksposisi definisi adat mantu? 5. gawea teks ekposisi babagan adat tradisi mantu 6. Teks eksposisi adat mantu dalam bahasa jawa 7. Buatlah teks eksposisi adat mantu dalam bahasa krama. 8. teks deskripsi tentang upacara adat mantu dalam bahasa Jawa 9. Naskah drama adat mantu jawa 10. karangan eksposisi tentang upacara adat mantu jawa dalam bahasa jawa ?? 11. Urut urutan acara adat tradisi mantu 12. buat teks eksposisi tentang adat mantu dalam bahasa jawa 1 paragraf 13. Urut urutan upacara adat mantu dalam basa jawa 14. ringkasan upacara adat mantu kucing 15. urutan upacara ngunduh mantu adat jawa 1. klasifikasi adat mantu yaitu JawabanNgunduh mantu adalah sebuah tradisi yang membuat momen pernikahan terlihat spesial dan juga unik. 2. Arti/makna adat mantu adalah JawabanUnduh Mantu merupakan istilah dalam perspektif budaya jawa yang mengacu pada rangkaian upacara pernikahan adat jawa. Acara tersebut diselenggarakan setelah selesai acara resepsi pernikahan di lingkungan tempat tinggal pengantin membantu 3. Alat yang di gunakan pada saat upacara adat mantu Alat yang digunakan pada acara mantu di Jawa adalah sebagai berikut Terop atau tarub Pendaringan beras Pisang tuwuhan Perlengkapan siraman pengantin Kembang mayang Srah-srahan Majemukan Mas kawin Pembahasan Upacara adat mantu adalah upacara adat yang dilakukan untuk melaksanakan pernikahan pada masyarakat jawa. Tahapan upacara adat mantu di daeah Jawa, sebagai berikut Siraman, yaitu proses membersikan diri pengantin untuk acara besar. Midodareni, yeitu malam untuk bersilaturahmi kedua pihak pengantin. Injak telur, yaitu ritual yang bermakna harapan dan kesetiaan. Sikepan sindur, yaitu lambang tali kasih kedua pengantin. Pangkuan, yaitu lembang dari sikap adil. Kacar kucur, yaitu lambang kesejahteraan dalam berkeluarga. Dulang-dulangan, yaitu saling menyuapi makanan antara kedua pengantin. Sungkeman, yaitu lambang dari kedua pengantin yang patuh dan berbakti kepada orang tua. Janur kuninig, yaitu lambang dari harapan untuk mendapatkan hal-hal yang baik. Kembang mayang, yaitu lambang harapan yang baik saat berumah tangga kelask. Tarub, yaitu lambang kemakmuran dan harapan. Pelajari lebih lanjut materi tentang upacara adat mantu dari Jawa Detail jawaban Kelas 11 - SMA Mapel Ilmu Pengetahuan Sosial Bab Kebudayaan Kode - Kata kunci Upacara adat mantu, tahapan upacara mantu. AJ. 4. Contoh teks eksposisi definisi adat mantu? TEKS EKSPOSISI“ UPACARA ADAT JAWA MANTU “ Mantu, inggih menika salah setungggaling upacara adat Jawa ingkang nggadhahi damel ngomah-omahake putra-putrine ingkang sampun dewasa. Teng upacara adat mantu menika wonten rantaman adicaranipun inggih menika ; sedenrengipun upacara ijab lan sesampunipun upacara ijab. Dene sederengipun upacar ijab, wonten adicara ingkang asmanipun ndhodhog kori, ingkang ngadhahi ancas supados mangertosi kahanan calon penganten putri, bobot,bibit, lan bebete calon penganten. Nalika sampun sae kahanane penganten putri wau banjur dipunlajengaken adicara liru kalpika, sesampunipun adicara menika wonten malih adicara ingkang asmane siraman. Inggih menika nggadhahi teges supados calon penganten wau suci lair lan batine. Nalika adicara menika sampun kelampahan sedaya, banjur dipunlajengaken upacar ijab sampun banjur dipunlajengaken adicara ingkang asmanipu dodol dawet, ingih menika tiyang sepuhipun calon pengaten putri ingkang sadean dene ingkang badhe tumbas mbayarepun kalian reng gendeng, niki nggadhahi teges nalika sampun dados penganten, kedah kompak nalika madosi rejeki. Sesampunipun adicara menika, dipunlajengaken adicara paes, inggih menika cukur rambut, supados nalika dipunrias penganten saged rapi. Nalika sampun nglampahi adicara menika wonten malih adicara midodareni, inggih menika calon penganten putri mboten angsal kepanggih kalian calon penganten putra, penganten putri dipunwelingi kanthi bab “rumah tangga”teng keluarganipun ingkang tiyang estri. Nalika sampun, dipunlajengaken pasang tarub, ta, tegese nata, minangka rub, tegese murub. Inggih menika supados ngayomi penganten kekalih. Sesampunipun dicara-adicara menika wau, dipunlajengaken adicara upcara panggih, ingkang wonten rantaman adicaranipun ; - Balangan gantal, inggih menika nggadahi teges penganten putra lan putri pamore sampun dibucal. – Midak tigan lan mijiki samparane penganten putra, nggadahi teges dibucale pamora penganten kekalih lan penganten putri bekti marang garwane. – Sinduran, tiyang sepuhipun masangake sindur marang penganten, ingkang nggadahi teges, sampun dipuntrima dados keluarga. Sesampunipun upacara panggih, dipunlajengaken upacara krobogan, ingkang rantaman adicaranipun ; -bobot timbang, penganten kekalih dipunpangku teng bapake penganten putri, ingkang nduweni teges adil. -kacar-kucur, ingkang nduweni teges penganten putra nafkahi penganten lan ngunjuk toya bening, nduweni teges urip kudu bebrayan lan pikiranipun kedah suci. Sesampunipun adicara menika dipunlajengaken sungkeman, ingkang tegesipun bekti marang tiyang sepuhipun, nalika sampun wonten malih adicara tanam tetuan, ingkang gadahi pangarep-arep ingkang sae. 5. gawea teks ekposisi babagan adat tradisi mantu JawabanBuat teks kutipan tentang tradisi adat bermanfaat 6. Teks eksposisi adat mantu dalam bahasa jawa Teks eksposisi adat mantu dalam bahasa jawa yaiku teks kang njabarake urutanacara ing adat mantu Karangan eksposisi yaiku karangan sing ngudharakake pikiran pokok ingkang njembarake wawasan utawa nambah informasi marang awake karagan eksposisi yaiku kanggo ngangsu kawruh utowo nambah ilmu, definisi, metode, lan nulis karangan eksposisi yaikunemtokake tema utowo uderan perkara sing arep ditulisnemtokake tujuan penulisan karangan eksposisingumpulke data saka maneka sumbernyusun kerangka karanganngembangake kerangka nganti dadi karangan ingkang wituhJenis-jenising karangan eksposisi yaikueksposisi definisieksposisi klasifikasieksposisi ilustrasieksposisi perbandinganeksposisi proseseksposisi laporanTopik-topik kang lumrah ditulis sajrone karangan eksposisi yaikuTeknologiSeni lan BudayaSejarahHukumEkonomiLingkungan, lan liya liyaContoh Karangan Eksposisi kawruh adat mantu jawa yaikuADAT MANTU JAWA Upacara pengantenan adat Jawa iku salah siwijiné upacara sakral adat Jawa sing nduwé rantaman upacara lan tata cara sing wis pakem. Upacara pengantenan iki nglambangaké pepanggihan antarané pengantèn putri lan penganten priya neng kahanan sing kusus kadosdéné raja lan rantaman inti upacara diselenggarakake neng dalemé pengantèn putri, sing dadi pamangku gati yaiku wongtua utawa kaluwarga pengantèn putri nanging tetep dibantu déning kaluwarga saking pengantèn sajroning adat jawa antarane1. SiramanUpacara iki duwe tujuan kanggo ngresiki jiwa calon penganten2. MidodarenUpacara iki nglambangake para widodari mudun sewengi sedurunge ijab kanggo maringi restu marang calon penganten3 Srah-srahanIng upacara iki calon penganten kakung nggowo ubo rampe marang penganten putri kanggo ragad ngelaksanakaken Ijab kabulIng upacara iki, para penganten ngucapake janji. 5 Upacara panggihUpacara iki tujuane kanggo ngusir roh jahat6 Upacara balangan suruhUpacara iki pralambang katresnan klan kasetyan7 Upacara wiji dadiUpacara iki pralambang penganten kakung bakal dadi kepala keluarga kang tanggung jawab marang anak lan bojone8 PupukUpacara iki pralambang para penganten kakung ditrimo ing kaluarga penganten putri9 SinduranUpacara iki pralambang sak kloron wes ketampa dadi keluarga10 TimbangUpacara iki pralambang tresnane wong tua marang anak lan mantu11 Dhahar KlimahUpacara iki pralambang para penganten gelem urip susah lan seneng bebarengan12 MertuiUpacara iki, penganten putri metuk wong tuane penganten kakung ing ngarep umah13 SungkemanUpacara iki, sak loron penganten nyuwun pangestu marang wong tua14 Kendurèn / resèpsiIki dadi puncak acarane penganten jawa15 Uga pirsaniNingali pengantin putri ing griya tiyang sepuhipun-Pelajari lebih lanjut 1. Karangan eksposisi Karangan eksposisi Jawaban Kelas 10Mapel B JawaBab Karangan EksposisiKata Kunci eksposisi 7. Buatlah teks eksposisi adat mantu dalam bahasa krama. JawabanTeks eksposisi adat mantu dalam bahasa jawa yaiku teks kang njabarake urutanacara ing adat mantu jawa. Pembahasan Karangan eksposisi yaiku karangan sing ngudharakake pikiran pokok ingkang njembarake wawasan utawa nambah informasi marang awake dewe. Tujuan karagan eksposisi yaiku kanggo ngangsu kawruh utowo nambah ilmu, definisi, metode, lan sepadane. Cara nulis karangan eksposisi yaiku nemtokake tema utowo uderan perkara sing arep ditulis nemtokake tujuan penulisan karangan eksposisi ngumpulke data saka maneka sumber nyusun kerangka karangan ngembangake kerangka nganti dadi karangan ingkang wituh Jenis-jenising karangan eksposisi yaiku eksposisi definisi eksposisi klasifikasi eksposisi ilustrasi eksposisi perbandingan eksposisi proses eksposisi laporan Topik-topik kang lumrah ditulis sajrone karangan eksposisi yaiku Teknologi Seni lan Budaya Sejarah Hukum Ekonomi Lingkungan, lan liya liya Contoh Karangan Eksposisi kawruh adat mantu jawa yaiku ADAT MANTU JAWA Upacara pengantenan adat Jawa iku salah siwijiné upacara sakral adat Jawa sing nduwé rantaman upacara lan tata cara sing wis pakem. Upacara pengantenan iki nglambangaké pepanggihan antarané pengantèn putri lan penganten priya neng kahanan sing kusus kadosdéné raja lan ratu. Padatan, rantaman inti upacara diselenggarakake neng dalemé pengantèn putri, sing dadi pamangku gati yaiku wongtua utawa kaluwarga pengantèn putri nanging tetep dibantu déning kaluwarga saking pengantèn kakung. Upacara-upacara sajroning adat jawa antarane 1. Siraman Upacara iki duwe tujuan kanggo ngresiki jiwa calon penganten 2. Midodaren Upacara iki nglambangake para widodari mudun sewengi sedurunge ijab kanggo maringi restu marang calon penganten 3 Srah-srahan Ing upacara iki calon penganten kakung nggowo ubo rampe marang penganten putri kanggo ragad ngelaksanakaken pengantenan. 4 Ijab kabul Ing upacara iki, para penganten ngucapake janji. 5 Upacara panggih Upacara iki tujuane kanggo ngusir roh jahat 6 Upacara balangan suruh Upacara iki pralambang katresnan klan kasetyan 7 Upacara wiji dadi Upacara iki pralambang penganten kakung bakal dadi kepala keluarga kang tanggung jawab marang anak lan bojone 8 Pupuk Upacara iki pralambang para penganten kakung ditrimo ing kaluarga penganten putri 9 Sinduran Upacara iki pralambang sak kloron wes ketampa dadi keluarga 10 Timbang Upacara iki pralambang tresnane wong tua marang anak lan mantu 11 Dhahar Klimah Upacara iki pralambang para penganten gelem urip susah lan seneng bebarengan 12 Mertui Upacara iki, penganten putri metuk wong tuane penganten kakung ing ngarep umah 13 Sungkeman Upacara iki, sak loron penganten nyuwun pangestu marang wong tua 14 Kendurèn / resèpsi Iki dadi puncak acarane penganten jawa 15 Uga pirsani Ningali pengantin putri ing griya tiyang sepuhipun - Pelajari lebih lanjut 1. Karangan eksposisi 2. Karangan eksposisi - Detil Jawaban Kelas 10 Mapel B Jawa Bab Karangan Eksposisi Kata Kunci eksposisiPenjelasan 8. teks deskripsi tentang upacara adat mantu dalam bahasa Jawa JawabanTeks eksposisi adat mantu dalam bahasa jawa yaiku teks kang njabarake urutanacara ing adat mantu Karangan eksposisi yaiku karangan sing ngudharakake pikiran pokok ingkang njembarake wawasan utawa nambah informasi marang awake karagan eksposisi yaiku kanggo ngangsu kawruh utowo nambah ilmu, definisi, metode, lan nulis karangan eksposisi yaikunemtokake tema utowo uderan perkara sing arep ditulisnemtokake tujuan penulisan karangan eksposisingumpulke data saka maneka sumbernyusun kerangka karanganngembangake kerangka nganti dadi karangan ingkang wituhJenis-jenising karangan eksposisi yaikueksposisi definisieksposisi klasifikasieksposisi ilustrasieksposisi perbandinganeksposisi proseseksposisi laporanTopik-topik kang lumrah ditulis sajrone karangan eksposisi yaikuTeknologiSeni lan BudayaSejarahHukumEkonomiLingkungan, lan liya liyaContoh Karangan Eksposisi kawruh adat mantu jawa yaikuADAT MANTU JAWA Upacara pengantenan adat Jawa iku salah siwijiné upacara sakral adat Jawa sing nduwé rantaman upacara lan tata cara sing wis pakem. Upacara pengantenan iki nglambangaké pepanggihan antarané pengantèn putri lan penganten priya neng kahanan sing kusus kadosdéné raja lan rantaman inti upacara diselenggarakake neng dalemé pengantèn putri, sing dadi pamangku gati yaiku wongtua utawa kaluwarga pengantèn putri nanging tetep dibantu déning kaluwarga saking pengantèn sajroning adat jawa antarane1. SiramanUpacara iki duwe tujuan kanggo ngresiki jiwa calon penganten2. MidodarenUpacara iki nglambangake para widodari mudun sewengi sedurunge ijab kanggo maringi restu marang calon penganten3 Srah-srahanIng upacara iki calon penganten kakung nggowo ubo rampe marang penganten putri kanggo ragad ngelaksanakaken Ijab kabulIng upacara iki, para penganten ngucapake Upacara panggihUpacara iki tujuane kanggo ngusir roh jahat6 Upacara balangan suruhUpacara iki pralambang katresnan klan kasetyan7 Upacara wiji dadiUpacara iki pralambang penganten kakung bakal dadi kepala keluarga kang tanggung jawab marang anak lan bojone8 PupukUpacara iki pralambang para penganten kakung ditrimo ing kaluarga penganten putri9 SinduranUpacara iki pralambang sak kloron wes ketampa dadi keluarga10 TimbangUpacara iki pralambang tresnane wong tua marang anak lan mantu11 Dhahar KlimahUpacara iki pralambang para penganten gelem urip susah lan seneng bebarengan12 MertuiUpacara iki, penganten putri metuk wong tuane penganten kakung ing ngarep umah13 SungkemanUpacara iki, sak loron penganten nyuwun pangestu marang wong tua14 Kendurèn / resèpsiIki dadi puncak acarane penganten jawa15 Uga pirsaniNingali pengantin putri ing griya tiyang sepuhipun-Pelajari lebih lanjut 1. Karangan eksposisi Karangan eksposisi Jawaban Kelas 10Mapel B JawaBab Karangan EksposisiKata Kunci eksposisi 9. Naskah drama adat mantu jawa JawabanUpaya pelestarian adat-istiadat sebagai budaya daerah yang merupakan aset bangsa dalam membangun kepribadian bangsa telah dilakukan, apalagi dalam budaya daerah tersebut terkandung nilai-nilai luhur untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat yang disebut dengan kearifan lokal termasuk salah satunya adalah upacara perkawinan adat Jawa Bahasa Daerah Jawa sebagai mata pelajaran muatan lokal di wilayah Jawa Tengah memuat materi pelajaran berkenaan dengan budaya mantu upacara perkawinan adat Jawa Tengah. Materi Budaya mantuini sebagai wujud pelestarian kearifan lokal yang diterapkan disekolah. Dalam Budaya mantu terdapat rangkaian upacara berkaitan dengan bahasan mengenai perpaduan bahasa, sastra dan seni yang dipakai dalam upacara sebagai salah satu wujud ekspresi sastra dan seni tidak terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Mengutip pendapat Kneth Macgowan,“Seorang anak menimang boneka adalah peristiwa drama” karena sesuatu yang bukan kebiasaan dan direncanakan dalam suatu sikap untuk diperhatikan pada orang lain, adalah salah satu aspek drama. Dapat disimpulkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari melakoni drama. Drama sebagai suatu model pembelajaran perlu dikembangkan sehingga diperoleh model pembelajaran yang memadai. 10. karangan eksposisi tentang upacara adat mantu jawa dalam bahasa jawa ?? Jawabankarangan eksposisi adat mantu dalam bahasa jawa yaiku teks kang njabarake urutanacara ing adat mantu eksposisi yaiku karangan sing ngudharakake pikiran pokok ingkang njembarake wawasan utawa nambah informasi marang awake karagan eksposisi yaiku kanggo ngangsu kawruh utowo nambah ilmu, definisi, metode, lan nulis karangan eksposisi yaikunemtokake tema utowo uderan perkara sing arep ditulisnemtokake tujuan penulisan karangan eksposisingumpulke data saka maneka sumbernyusun kerangka karanganngembangake kerangka nganti dadi karangan ingkang wituhJenis-jenising karangan eksposisi yaikueksposisi definisieksposisi klasifikasieksposisi ilustrasieksposisi perbandinganeksposisi proseseksposisi laporanTopik-topik kang lumrah ditulis sajrone karangan eksposisi yaikuTeknologiSeni lan BudayaSejarahHukumEkonomiLingkungan, lan liya liyaContoh Karangan Eksposisi kawruh adat mantu jawa yaikuADAT MANTU JAWA Upacara pengantenan adat Jawa iku salah siwijiné upacara sakral adat Jawa sing nduwé rantaman upacara lan tata cara sing wis pakem. Upacara pengantenan iki nglambangaké pepanggihan antarané pengantèn putri lan penganten priya neng kahanan sing kusus kadosdéné raja lan rantaman inti upacara diselenggarakake neng dalemé pengantèn putri, sing dadi pamangku gati yaiku wongtua utawa kaluwarga pengantèn putri nanging tetep dibantu déning kaluwarga saking pengantèn sajroning adat jawa antarane1. SiramanUpacara iki duwe tujuan kanggo ngresiki jiwa calon penganten2. MidodarenUpacara iki nglambangake para widodari mudun sewengi sedurunge ijab kanggo maringi restu marang calon penganten3 Srah-srahanIng upacara iki calon penganten kakung nggowo ubo rampe marang penganten putri kanggo ragad ngelaksanakaken Ijab kabulIng upacara iki, para penganten ngucapake Upacara panggihUpacara iki tujuane kanggo ngusir roh jahat6 Upacara balangan suruhUpacara iki pralambang katresnan klan kasetyan7 Upacara wiji dadiUpacara iki pralambang penganten kakung bakal dadi kepala keluarga kang tanggung jawab marang anak lan bojone8 PupukUpacara iki pralambang para penganten kakung ditrimo ing kaluarga penganten putri9 SinduranUpacara iki pralambang sak kloron wes ketampa dadi keluarga10 TimbangUpacara iki pralambang tresnane wong tua marang anak lan mantu11 Dhahar KlimahUpacara iki pralambang para penganten gelem urip susah lan seneng bebarengan12 MertuiUpacara iki, penganten putri metuk wong tuane penganten kakung ing ngarep umah13 SungkemanUpacara iki, sak loron penganten nyuwun pangestu marang wong tua14 Kendurèn / resèpsiIki dadi puncak acarane penganten jawa15 Uga pirsaniNingali pengantin putri ing griya tiyang sepuhipunNB maaf kalau salah 11. Urut urutan acara adat tradisi mantu Ing ngisor iki urut-urutane acara adat tradisi mantuPasang tratag lan tarubSiramanMidadareniSrah-srahan Ijab kabulUpacara panggihUpacara balangan suruhUpacara wiji dadiSinduranTimbangKacar kucurDhahar klimahSungkemanKenduren/ResepsiPembahasanUpacara adat penganten Jawa merupakan salah satu upacara sakral adat Jawa yang memiliki urutan acara atau tata beberapa urutan acara adat manten/penganten Jawa beserta penjelasannyaPasang tratag lan tarub maksudnya adalah memasang dekorasi tratag atau disebut juga tenda serta tarub merupakan hiasan yang terbuat dari janur atau daun kelapa yang merupakan kegiatan dalam upacara yang melambangkan untuk membersihkan calon yang memiliki arti bahwa malam sebelum acara pengantenan para bidadari turun untuk memberikan atau dapat disebut sebagai asok tukon merupakan simbol dari pihak mempelai pria yang memberikan tanggung jawab pada pihak kabul merupakan saat dimana pengantin pria mengucapkan janji setia pernikahan dengan pengantin wanita dengan disaksikan oleh banyak panggih merupakan upacara yang dilakukan setelah acara ijab kabul, yaitu bertemunya pengantin pria dan wanita setelah balangan suruh merupakan lambang kasih sayang dan kesetiaan antara pengantin pria dan wiji dadi merupakan acara saat pengantin pria menginjak telur hingga atau yang berasal dari kata sindur yaitu kain yang menyelimuti kedua merupakan acara saat kedua pengantin duduk dipangkuan ayah dari pengantin merupakan lambang pemberian klimah merupakan acara suap-suapan antara kedua merupakan acara saat kedua pengantin meminta restu orang merupakan puncak dari acara adat acara adat tersebut dapat berbeda-beda menyesuaikan dengan daerah lebih lanjutMateri upacara adat panggih => Materi upacara adat tedhak siten => Materi tentang upacara adat => ========================================================Detail jawabanKelas -Mapel Bahasa DaerahBab Upacara adatKode soal 13[tex] \ [/tex]AyoBelajar SPJ2 12. buat teks eksposisi tentang adat mantu dalam bahasa jawa 1 paragraf JawabanPenjelasanGamudenh 13. Urut urutan upacara adat mantu dalam basa jawa 1. Srah-srahan2. Paningsetan3. Asok tukon4. Gethok dinaKaping 3 siyagaWonten ing babak punika, ingkang gadhah kajat nyedah para sesepuh lan pinisepuh ugi sanak kadang, kagem ambentuk panitiya kagem nglampahi kegiyatan upacara-upacara adat wonten ing dinten kajatan. Ingakng dipun cepakaken antawisipun 1. Sedahan Inggih menika ngrakit sedahan ngantos dumugi Kumbakarnan3. Jenggolan utawi JonggolanKaping 4 Rantamaning UpacaraWonten pirang-pirang perkawis wonten ing babak punika, antawisipun 1. Pasang tratag lan TarubPasang tratag ingkang dilajengaken pasang tarub. Ciri tarub inggih menika ingkang mokoki rerenggan janur lan paesan liya kanthi manca warni2. Kembar Mayang3. Pasang tuwuhan pasren4 Sungkeman5. Boyongan 14. ringkasan upacara adat mantu kucing 15. urutan upacara ngunduh mantu adat jawa pasang bleketepe semoga bisa membantu
TATA UPACARA MANTU PERALATAN PERKAWINAN i. PASANG TARUP Pada umumnya bangunan rumah yang tidak besar / tidak luas, tidak dapat menampung jumlah tamu yang besar kalau rumah tersebut untuk menyelenggarakan upacara mantu peralatan perkawinan yang serba luas, maka untuk keperluan itu lalu dibuat bangunan tambahan. Agar suasana perjamuan tampak indah serasi dan semarak, bangunan tambahan tersebut dihias dengan gba-gaba, berupa janur daun kelapa yang masih muda, pelisir pare-anom hijau-kuning atau gula-kelapa merah-putrih dsb. Pemasangan bangunan tambahan, gaba-gaba beserta ragam hiasnya tersebut disebut tarup. Tarup merupakan awal kegiatan perlatan mantu. Berbarengan dengan tarup tersebut disertakan upacara selamatan wilujengan yang berisi doa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Nabi Rosul dan para leluhur, agar peralatan perkawinan dapat berjalan lancar dan selamat sehingga tercapai apa yang diharapkan. a. Selamatan Rasulan Berupa nasi wuduk nasi gurih disertai lauk pauk ayam opor wutuh ingkung, kedelai hitam goreng, rambak, ulam/lalaban lombok merah, bawang merah, mentimun, garam, pisang raja dua sisir setangkep, bunga telon telu = tiga, yakni mawar, melati, kenanga. Dengan selamatan ini dipanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa beserta Rasulullah, untuk mohon doa dan barkah. b. Nasi Asahan Nasi biasa dengan laup pauk gereh goreng, rempeyek, tempe kripk, bihun goreng, bergedel, sambel goreng lotho isi kacang panjang tumis buncis, daging “kebo siji” digoreng kebo siji = seekor kerbau, yakni berupa kumpulan dari berbagai bagian daging kerbau dan krupuk. Selamatan ini disertakan panjatan doa untuk Tuhan Yang Maha Esa dan para leluhur nenek moyang yang dimuliakan. c. Nasi Golong Nasi golong-golong, tiap dua golong dibungkus dengan daun pisang menjadi satu supit satu supit = satu bungkus. Jumlah supit mengambil bilangan gasal, misalnya 5, seven, dan nine supit. Lauk pauknya sama dengan lauk pauk nasi asahan, ditambah pecel ayam ayam goreng dirajang atau dicincang dan dibumbui ramuan bumbu rujak dan sayur menir sayur segar terbuat dari daun bayam diberi biji jagung muda. Nasi golong beserta perangkatnya melambangkan permohonan agar tercipta kemanunggalan antara hamb manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. d. Ketan, Kolak dan Apem Baik ketan, kolak maupun apem kesemuanya mengandung makna untuk memuliakan para leluhur. Untuk setiap jumlahnya dibuat gasal. ganjil Jw.. 2. UPACARA BUANGAN bucalan, Jw. Pengadaan sesaji untuk roch halus yang baik maupun yang tidak baik agar menjaga segala penjuru bumi, sumber air, kekayuan besar, dsb. Sehingga tidak ada yang mengganggu bahkan diharapkan membantu. Macamnya buangan a. Pecok bakal, terdiri dari Biji kacang-kacangan kedelai, kacang ijo, kacang tholo, jagung, kluwak, kemiri berkulit, telor ayam mentah, gantal lintingan daun suruh/sirih, daun dadap serep, trasi, bawanh merah brambang, bawang putih, lombok, gula kelapa, garam, empon-empon, rajangan daging/isi kelapa dan uang logam. Kesemuanya ditempatkan dalam takir besar atau panjang ilang anyam-anyaman seperti bakil terbuat dari daun kelapa muda. b. Gecok mentah, terbuat dari Daging sapi mentah dipotong-potong atau dicacah kecil-kecil, dibumbui bawang, lombok, garam, kencur, santan dalam sudi/takir kecil. Diwadahi takir yang kemudian ditempatkan pada pojok-pojok pekarangan, pojok rumah, sumur, jamban, dam pemasangannya diwaktu malam. three. MENYIAGAKAN BERAS DIPEDARINGAN Bapak dan Ibu yang akan mengadakan peralatan punya kerja untuk keperluan menyiagakan beras menyiapkan diri dengan berpakaian Jawa. Ibu mengenakan kain tuluh watu dan kebaya lurik. Ibu menggendong bakul tenggok berisi beras, sedangkan ayah mendampinginya. Keduanya masuk kedalam rumah terus menuju ke pedaringan pedaringan = tempat penyimpanan beras keluarga untuk memasukkan beras nginggahaken wos = memasukkan/menyiagakan beras yang akan digunakan untuk keperlian mantu. 4. UPACARA TANAK NASI Ibu dibantu bapak, mengambil beras dari pedaringan terus dibawa ke sumur. Bapak mengambilkan air. Ibu mencuci beras mususi. Beras dibawa kedapur. Bapak menyalakan api dapur. Ibu memasukkan beras kedalam kukusan kerucut nasi. Itulah upacara menanak nasi. Setelah itu kegiatan menanak nasi dilanjutkan orang lain. v. PASANG TUWUHAN tuwuh = tumbuh, tuwuhan = tetumbuhan Pemasangan tuwuhan mengandung maskdu agar kedua mempelai dikemudian hari dapat dikaruniai tuwuh turunan yang baik, yakni menusia utama. a. Tempat pemasangan – Dimuka rumah – Dipintu kamar mandi tempat bermandi pengantin siraman b. Jenis tetumbuhan Diambilkan dari tetumbuhan yang dipandang mempunyai nilai atau arti yang baik, antara lain i. Setandang pisang suluhan, lengkap dengan batangnya suluh = matang dibatang, tidak karena diperam. Dipasang dimuka pintu rumah tempat menyelenggarakan peralatan. Hal itu dikandung maksud, mudah-mudahan bagi yang punya kerja dapat memiliki hati yang terang dan roman yang cerah. 2. Cengkir gading kelapa muda warna gading/kuning, menunjukkan pikiran yang cerah penuh kemantapan. 3. Tebu Wulung batangan, melambangkan jiwa yang disertai keteguhan pendirian. 4. Daun keluwih seikat, mudah-mudahan penyelenggaraan peralatan tidak kekurangan suatu apa, bahkan diharapkan serba lebih. 5. Daun ilalang, semoga tidak ada hambatan atau halangan suat apa. 6. Daun apa-apa, agar terhindar dari kerusakan atau gangguan yang berupa apapun juga. 7. Padi seikat, bersama. 8. Dahan dan bunga / bungkah bunga kapas, semoga selalu sejahtera lahir batin, cukup sandang cukup pangan. 9. Ranting dan daun beringin, semoga selalu mendapatkan perlindungan pengayoman. 10. Pengaron berisi kembang setaman, ditempatkan dibawah tuwuhan. Itu sebagai suatu penghormatan terhadap Dewa penjaga wisma dan Dewi Sri. Pengaron = keramik sebangsa kuali terbuat dari tanah. 6. SIRAMAN PENGANTIN PUTRI Siraman pengantin putri dilaksanakan sehari sebelum ijab nikah. a. Sesaji dan perlengkapannya Tumpeng robyong, adalah tumpeng nasi yang pada puncaknya ditancapkan lauk pauk bersunduk. Jenis-jenis lauk pauk bersunduk antara lain Telor ayam rebus, brambang-lombok merah, ikan laut goreng, daging goreng, tempe goreng, kembang mawar-melati-kenanga. Diseputar bakul ditancapkan sundukan terong mentah berbelah, sayuran dan kacang panjang. Jumlah sundukan disesuaikan dengan jumlah bakul dan tumpeng dan diatur serasi mungkin. Pada dinding luar bakul dihias dengan daun pisang dicabik-cabik keci-kecil disuwiri, Jw sehingga tampak indah robyong-robyong. Tumpeng robyong ditempatkan / diletakkan ditempat upacara siraman. b. Perlengkapan siraman one. Air siraman, air jernih dan bersih ditaburi kembang mawar, melati dan kenanga. 2. Tikar bangka, tikar pandan, daun apa-apa terbungkus kain mori. c. Jalannya upacara siraman Setelah mohon doa restu ayah dan ibu, calon pengantin putri terus diantar ketempat siraman, disilakan duduk diatas bangku yang beralaskan tikas bangka, tikar pandan, dsb. Dimulailah upacara siraman. Yang paling dahulu menyiram adalah sesepuh yang tertua. Setelah para sesepuh selelsai menyiram baru ayah dan ibu, yang terakhir adalah juru rias pengantin. Ada juga suat adat upacara, yakni pada waktu siraman ayah dan ibu menyiram calon pengantin putri dengan menggunakan air yang diwadahi kelnting atau kendi klenting = keramik berbentuk seperti tempayan yang dalam ukuran kecil. Selesai menyirami kendi atau klenting terus dibanting dilantai sampai pecah, drisertai ucapan “Wis pecah pamore” sudah terbuka citranya. d. Paes berias Selesai siraman calon pengantin putri diiringkan juru ruas juru paes menuju keruang atau kamar pengantin untuk dialub-alubi dikerik rambut/bulu diatas dahi. Pada waktu dirias calon pengatin putri duduk diatas tikar bangka, tikar pandan, daun apa-apa, kain letrek merah, hijau, kuning, hitam terbungkus kain berwarna. Sesaji paes Kelapa wutuh, kemiri berkulit 3 biji, kluwak 3 biji, kacang-kacangan, jagung, beras, kain letrek, kaca kecil, bedak, minyak wangi, telor ayam mentah, gula kelapa setangkep, benang lawe, kendi kecil, jodog, seperangkat sirih, kembang boreh usar, pisang raja setangkep setangkep = sepasang, dua sisir. Kesemuanya diwadahi nyiru tampah baru beralaskan daun pisang. Selesai dialub-alubi calon pengantin putri berdandan dengan dibantu juru rias terus datang menghadap para tamu untuk memohon doa restu. Ada juga suatu adat, setelah pengantin putri selesai siraman ada sementara sesepuh putri yang membawa air siraman ketempat pengantin pria. 7. UPACARA JUAL DAWET Berbarengan dengan upacara siraman diadakan juga kegiatan jual dawet. Ibu penjualnya, sedangkan ayah membantu memayungi ibu. Para tamu berdesakan membeli dawet, alat pembelinya hanya kreweng pecahan genting. Kegiatan jual dawet dilakukan pada waktu siang hari, sehingga para tamu yang hadir dapat bermai-ramai dengan suka ria ikut membeli dawet. Kegiatan tersebut melambangkan harapan semoga pada saat diselenggarakan peralatan dapat tercipta suasana meriah dan penuh gembira, seperti suasana pada waktu jual dawet. 8. MIDODARENI Malam midodareni, semua persiapan diusahakan sudah tuntas, penuh siaga menyongsong datangnya saat peralatan. Dalam malam midodareni biasanya dilakukan upacara jonggolan , yaitu datangnya calon pengantin pria ketempat calon pengantin putri. Kedatangannya mempunyai dua arti Untuk penuntasan semua peralatan semua penataan dari pihak pemerintah yang berhubungan dengan ijab nikah. Untuk menunjukkan diri kepada pihak pengantin putri, bahwa calon pengantin pria sudah benar-benar siaga. Dengan demikian dapat membuat tenang dan gembira pihak pengantin putri. Sehubungan dengan midodareni ada hal-hal yang perlu dipaparkan, antara lain a. Nyantri atau nyantrik , yakni penyediaan kesempatan kepada calon pengantin pria untuk tinggal beristirahat beberapa waktu didekat tempat peralatan, karena mungkin rumah calon pengantin pria agak jauh. b. Kembar mayang Terbawa cerita kuna, bahwa pada waktu midodareni para Dewa dan Dewi berdatangan ketempat pengantin putri, menghantar calon pengantin pria dengan membawa kayu Dewadaru Jayadaru yang berdaun kencana. Pada dewasa ini, kembar mayang adalah berupa gubahan yang menggambarkan tumbuhan indah, terhias dengan janur kuning, bunga dewadaru yang kekuning-kuningan dan lain-lain. Dua buah sepasang kembar mayang menggambarkan suatu berkah dari Yang Maha Esa. Oleh karenanya dalam kesempatan yang sama diadakan upacara pengupayaan nebus kembar mayang. Upacara pengupayaan kembar mayang ada yang meniru Kraton Surakarta. Ada pula disertai tetembangan tembang Dandanggula. Hal itu mengandung maksud agar mendapat mendapat pengaruh kewibawaan Nabi dan para Wali. Kembar mayang dibawa masuk kedalam rumah peralatan disertai gending “ilir-ilir”, kemudian ditempatkan didepan petanen. c. Srah-srahan Yakni suatu upacara penyerahan barang-barang raja peni, guru bakal guru dadi sebagai tanda kasih sayang kekeluargaan. Penyerahan tersebut dari pihak calon pengantin pria kepada pihak pengantin putri, dan dapat dilaksanakan pada malam midodareni. d. Majemukan Suatu selamatan khusus yang dilaksanakan pada tengah malam. Perlengkapannya sama dengan selamatan rasulan. Selamatan ini mengandung suatu harapan, mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa, Rasul dan leluhur mudah-mudahan berkenan meberikan rakhmatnya, agar niat dan rencana mengadakan peralatan dapat berlangsung dengan mudah, semalat tiada aral suatu apa. ix. IJAB NIKAH Ijab nikah merupakan upacara paling resmi dalam perkawinan, yakni penetapan secara syah menurut peraturan negara dan agama yang dianutnya. Ada beberapa adat yang bertalian dengan ijab nikah ini, antara lain – Dalam upacara ijab nikah menurut Islam, kalau pengantin pria mengenakan pakaian Jawa, sewaktu ijab nikah keris perlu dilepas sebentar sekalipun sebenarnya ajaran agama Islam tidak menetapkan hal tersebut. – Sebaliknya ada yang berpendirian, sewaktu upacara ijab nikah keris tidak boleh tidak usah dilepas, dan kalau dilepas bahkan dipandang kurang lengkap. a. Pasrahan Kalau upacara ijab nikah dilaksanakan dirumah calon pengantin putri, datangnya calon pengantin pria diantar para sesepuh, berpakaian sederhana dan sepantasnya. Setelah tiba dirumah calon pengantin putri maka para sesepuh yang memasrahkan menyerahkan kepada pihak besan. Apabila upacara ijab dan peralatan berurutan, oleh karenanya calon pengantin lelaki beserta pengiringnya sudah berpakaian lengkap. b. Sesaji nikah Dipasang didekat berlangsungnya upacara ijab, berupa cikal, tebu wulung dipotong-potong, bokor berisi beras, kelapa wutuh, gula kelapa setangkep, seperangkat sirih, benang lawe, padi, pisang raja setangkep tiap sisir jumlahnya genap dan ayam jantan jagoan. c. Mas kawin Diadakan dalam suatu upacara ijab menurut agama Islam. Maskawin berupa suatu barang yangdiatur menurut kemampuan dan kecondongan perasaan keindahan calon pengantin pria. Penyerahan maskawin dilakukan dalam serangkaian upacara ijab, dari calon pengantin pria kepada calon pengantin putri. – Pada dahulu kala, mas kawin ada yang berupa selaka perak putih setael beratnya dan “dipinjam” diutang. Hal itu ada yang mengartikan sebagai lambang, bahwa selamanya pihak pria merasa mempunyai kewajiban dan tanggungkawab terhadap pihak putri. – Akhir-akhir ini, mas kawin dapat berupa berbagai macam barang, misalnya Al-Quran, uang, hewan rajakaya, dsb. Pada umunya dilunasi sekali atau sudah diserahkan sebelumnya. 10. UPACARA PANGGIH TEMU Upacara ini melambangkan pertemuan awal antara pengantin wanita putri dengan pengantin lelaki pria yang masing-masing masih dalam keadaan suci, upacara panggih temu adalah adat kuna kejawen adat Jawa yang didasarkan pada hal-hal sbb – Perjodohan ditetapkan oleh orangtua yang didasari pertimbangan bibit – bobot – bebet, demi kelangsungan dan keselamatan rumah tangga dikemudian hari. – Pada waktu pernikahan mungkin kedua calon pengantin belum begitu saling mengenal, bahkan ada yang belum pernah saling bertemu. Maka pernikahan atau pembentukan keluarga baru itu diawali dengan upacara pertemuan upacara panggih. Jalannya upacara panggih a. Pengantin putri ditampilkan Setelah segala sesuatu selesai dipersiapkan dan sampailah pada waktu yang direncanakan, pengantin putri keluar daru rumah dalam, dibimbing dan ditampilkan keluar, kemudian disilakan duduk dikursi pengantin yang berhias indah dimuka petamen krobongan. Dengan tenang pengantin putri menanti menganti datangnya pengantin pria. b. Pengantin pria datang Datangnya pengantin pria ada yang diatur dengan jemputan dari pihak pengantin putri, dan ada juga yang langsung datang tanpa jemputan. Kedatangan pengantin pria sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, biasanya diantar oleh para keluarga dan diapit 2 orang sesepuh pria, serta diketuai diketuai seorang sesepuh yang terpercaya. c. Tebusan Apabila beberapa waktu sebelum datangnya pernikahan calon pengantin pria dititipkan mengabdi nyantri, nyantrik pada keluarga calon pengantin putri, maka pada menjelang upacara panggih calon pengantin pria ditebus oleh pihak pengantin pria. Dengan tebusan itu dipancang calon pengantin putri dan pria kembali sama derajadnya. d. Pasrahan Dilakukan sesaat menjelang panggih temu. Sesepuh pria menyerahkan pengantin pria kepada pihak keluarga pengantin putri. Hal ini dilakukan apabila upacara ijab dan panggih berbeda waktunya. Kalau ijab nikah dan panggih bersamaan dan berurutan waktunya, maka upacara pasrahan tidak dilakukan lagi. e. Nganti membimbing pengantin Selesai pasrahan, pengantin pria telah diterima pihak pengantin putri. Pembimbing / pengapit pengantin pria diganti sesepuh dari pihak pengantin putri. Pengapit tersebut adalah orang-orang terpandang, terpilih, berwibawa, pernah mantu dan masih lengkap bersuami istri. f. Panggih temu Pengantin putri diapit dua orang sesepuh wanita biasanya istri pengapit pengantin pria dibimbing berjalan pelan-pelang menuju tengah-tengah perjamuan. Pengantin pria diapit dua orang sesepuh pria, berjalan pelan-pelan menuju tengah-tengah ruang perjamuan. Ditempat dilangsungkannya upacara panggih tengah-tengaj ruangan telah disiapkan seperangkat upacara, yakni bokor besar berisi kembang setaman, telor ayam mentah, alas kaki keset, handoek kecil, gelas berisi air bersih. Ibu mempersiapkan kain sindur, sedangkan ayah memperhatinan dan menantikan dari kejauhan. Balangan lempar gantal Berlangsungnya upacara panggih dihormati dengan gendhing kodokngorek. Setelah kedua pengantin agak dekat jaraknya, sebelum benar-benar bertemu panggih kedua mempelai saling melemparkan gantal balangan gantal. Pada waktu dahulu pengantin prialah yang memulai melemparkan gantal kearah pengantin putri, kemudian pengantin putri membalas melemparkan gantal kearah pengantin pria. Hal itu mengandung maknda, bahwa dalam pertemuan pria dan wanita, pihak prialah yang mengawali memberikan ajakan. Dewasa ini, dalam lemparan gantal antara pengantin pria dan putri saling berebut awal. Menginjak telor / wiji dadi Selesai lempar gantal, pengantin pria menginjak telor ayam. Zaman dahulu justru pengantin putri yang menginjak telor dihadapan pengantin pria. Hal ini melambangkan bahwa pengantin putri sudah siap menerima wiji bibit dari pengantin pria. Mencuci kaki Setelah pengantin pria menginjak telor sampai pecah, pengantin putri menyatakan baktinya kepada suami, dengan berjongkok dihadapan suaminya terus mencuci kedia kaki suaminya dengan kembang setaman yang telah tersedia. Dewasa ini berkembang pandangan bahwa derajad wanita sama dengan pria, untuk mengimbangi baktinya pengantin putri kemudian pengantin pria membalas kasih, membantu istrinya berdiri dengan menarik tangannya. Kelengkapan lain sehubungan dengan upacara panggih – Sesepuh yang memimpin upacara panggih memberi doa restu dengan mengusap dahi kedua pengantin dengan air kembang setaman. – Kedua pengantin diberi minum air putih. – Kedua pengantin saling menukar cincin kawin. m. Bergandeng tangan kanten asta Kedua pengantin berdiri berdampingan dan bergandengan tangan pengantin putri berada disebelah kiri h. Selimut sindur Ibu pengantin putri menyelimuti kedua pengantin dengan kain sindur. Setekah itu kedua pengantin berjalan pelan-pelan menuju pelaminan tempat duduk pengantin, diiringkan ayah dan ibu. berlangsungnya upacara panggih diiringi gendhing kodokngorek dan bersambung gendhng Ketawang Larasmaya. i. Upacara pangkon Upacara ini dilaksanakan setelah kedua pengantin duduk bersanding dipelamin. Ayah berdiri ditengah-tengah diantara pengantin putri dan pria. Pengantin pria disilakan duduk diatas lutut sang ayah yang kanan, sedangkan pengantin putri diatas lutut yang kiri. Ibu berdiri dihadapan mereka bertiga, terus bertanya kepada ayah “Berat mana Pak?” ayah menjawab “Sama berat”. Hal itu menunjukkan bahwa – Ada keseimbangan antara pengantin putri dan pengantin pria – Kasih sayang ayah dan ibu terhadap mempelai berduapunseimbang pula. j. S Jalannya upacara Pengantin pria menuangkan isi keba kepangkuan pengantin putri dan diterima dengan kain sindur. Diatur sedemikian rupa agar isi keba tidak habis sama sekali dan tidak ada barang satupun yang tercecer. yard. Dulangan saling menyuap nasi Untuk melambangkan kerukunan yang serasi antara suami dan istri, maka kedua pengantin baru tersebut saling menyuapkan nasi pengantin sebanyak tiga kali. fifty. Upacara bubak kawah Upacara ini dilaksanakan apabila pengantin putri merupakan putri pertama yang dimantu. Jalannya acara Ayah dan ibu berdiri didepan dan menghadapi pengantin berdua dengan membawa minuman berupa rujak dan record ketan. Ayah minum seteguk sambil berkata ”segar nian rasanya, semoga dapat membuat segar bagi mereka yang baru berkeluarga”. Dilanjutkan ibu minum seteguk. Setelah itu minuman diserahkan kepad apengantin berdua untuk diminum. Kedua pengantin meminumnya, disertakan harapan semoga kedua pengantin segar bugar dan segera dianugerahi putera. 11. BESAN DATANG BERKUNJUNG Mertui, Tilik Pitik Setelah semua acara diatas selesai, datanglah besan ayah-ibu pengantin pria ditempat perjamuan. Bapak dan Ibu yang punya kerja segera menjemput kedatangan besan dan menyilakan duduk ditempat khusus yang telah disediakan. 12. SUNGKEMAN Pengantin putri dan pria dibimbing oleh sesepuh putri datang menghadap ayah dan ibu dari kedua keluarga untuk menyatakan rasa hormat dan baktinya serta mohon doa restu. Pengantin pria yang mengawali berbakti kepada ayah, diikuti pengantin putri, begitu berturut-turut sampai selesai. 13. PENGANTIN KIRAB Setelah agak lama sepasang pengantin duduk dipelaminan, mereka berdua dipersilakan meninggalkan tempat duduk, masuk kedalam ruang perjamuan, dengan dihantar seorang sesepuh, pengantin menghadap par atamu untuk memohon ndasihat dan doa restu. – Pada waktu dahulu, suatu perjamuan yang tamunya tidak begitu banyak, dalam acara kirab sepasang pengantin yang datang menghadap para tamu untuk mohon doa restu. – Waktu akhir-akhir ini, mengingat perjamuan biasanya dihadiri tamu yang jumlahnya cukup besar dan waktu perjamuannya biasanya singkat, maka dalam acara kirab sepasang pengantin tidak sempat datang menghadap tamu satu demi satu. Dengan dipimpin oleh seorang sesepuh, sepasang pengantin diiringkan oleh sejumlah putri domas ramaja putri berhias indah dan beberapa anggota keluarga atau saudara pengantin putri, berjalanlah dengan pelan-pelan meninggalkan pelaminan dan menuju kamar pakaian untuk berganti pakaian. Selama perjalanan kirab semua tamu sempat menyaksikan dan memberi doa restu. 14. PERJAMUAN dan BUBARAN Setelah semua acara selesai dijalankan, sebelum meninggalka ruang perjamuan para tamu sempat memberi doa restu kepada sepasang pengantin dan berkesempatan pula minta diri kepada yang empunya kerja, kedua besan dan kepada sesepuh yang mungkin mendampingi. Jabatan tangan antara tamu dengan mereka dilakukan didepan rumah perjamuan. xv. NGABUH KEMBAR MAYANG Dengan selesainya acara peralatan perjamuan, kembar mayang yang dipinjam dari “kadewatan” segera dikembalikan dilabuh. Sepasang kembar mayang dibuang dilabuh ditengah perempatan jalan besar. keterangan mengenai kembar mayang termuat pada halaman berikutnya KEMBAR MAYANG Kembarmayang adalah suatu gubahan indah yang dibuat secara khusus untuk keperluan mantu. Turunnya kembarmayang melambangkan turunnya Batara Kamajaya dan Dewi Ratih ke mayapada, menjalankan utusan Hyang Girinata, menyerahkan kembang kusumaasmara kepada umatnya yang sedang menjadi pengantin. Kembarmayang adalah milik dewa dan dipijamkan kepada orang yang sedang punya kerja mengadakan peralatan perkawinan mantu. Dengan peminjaman itu terkandung maksud, bahwa ada tuah dan barkah dari dewa kepada mereka yang sedang menjadi pengantin, agar mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan. Berhubung barang tersebut pinjaman, maka setelah peralatan selesai segera dikembalikan, dengan jalan melabuh kembarmayang tersebut. Upacara menyambut “turunnya kembarmayang” mulai diadakah sejak KG. Susuhunan PB 4 di Suakarta bertakhta. Turunnya kembarayang diwaktu malam sebelum pengantin panggih, dihormati dengan urut-urutan lagu-lagu “Dandanggula penganten” dan gendhing “Ilir-ilir penganten”. Tata urutan penyambutan turunnya kembarmayang ane. Sepasang kembarmayang dan dua buah cengkir gading kelapa muda kuning ditata dipendapa bagian depan. Dibelakangnya duduk seorang tua Dewa, kanan-kirinya berjajar putri-putri Bidadari yang nantinya akan membawa cengkir gading. Dibelakang sesepuh ada putra widadara, dua diantaranya nanti akan dipercaya membawa sepasang kembarmayang. 2. Dipintu besar berdirilah Bapak dan Ibu yang punya kerja, dihadap seorang lelaki yang nantinya akan dipercaya mencari kembarmayang. Ujarnya + “ Hadhi, wekdal punika kula gadhah perlu mantu, anak kula estri pun …….., calon kadhaup dening …….., putranipun …….. Ingkang punika kula nyuwun tulung, kersoa ngupadi sarat sarana amrih wilujeng sedayanipun, nyumrambahana dhateng kasembadaning sedyanipun ingkang dados penganten. Nyumanggakaken” . – “ Kangmas sampun terang dhawuhipun Kangmas. Ingkang punika kula hamung sadarmi nglampahi keparengipun Kangmas sekaliyan. Kula nyuwun pangestu angsala damel lampah kula, punapa dene pinarengna ing Pangeran Ingkang Maha Agung “. 3. Utusan berangkat menuju arah kembarmayang yang telah ditata dengan diiringi gendhing ayak-ayakan. Sesampai ditempat kembarmayang utusan duduk dekat dan menghadap kembarmayang. Ujarnya + “ Kisanak, sampun kirang ing pemengku, tumrap klinta-klintunipun pisowan kula. Mugi ndadosna ing kawuningan, kula kapitados ing sedherek kula sepuh, minangka kawilujengan anggenipun badhe gadhah damel mantu, kula pinitados ngupadi sarat sarana. Mugi kisanak paring pambiyantu, angsala damel lampah kula. Kula sumarah, nuwun”. – ” Kisanak, sampun sakleresipun panjenengan pinarak ing ngriki. Awit sayektosipun kula kadhawuhan dening sesepuhing Dewa, ngreksa lan maringaken sarat sarana kados ingkang panjenengan ngendikakaken. Inggih punika ingkang nama kembarmayang, inggih pepethaning wit Kalpataru Dewadaru. Pinarengaken ngampil, sinartan kaparingan wewarah gegebenganipun ingkang sami nambut silakrama. Pramila, mangga sesarengan kaliyan mandhaping kembarmayang sapirantosipun, hamung kula suwun manggatosna suraosipun atur kula”. Dilanjutkan dengan menembangkan Dandanggula dua pupuh Ratri iki kinayoman mugi, Dadya hayu kalis ing rubedane, Nama wit Kalpataru, Miwah Dewadaru puniki, Hantuk kersaning Dewa, Salugu kagadhuh, Ratu miwah kang akrama, Hingasta pra Widadara Widadari, Hander maring bawana. Yekti iki nungrahaning Widhi, Aji sarat nambut silakrama, Srana kang kondur bakale, Hamore hestri jalu, Dadya tedhak turuning wiji, Ilang salwiring godha, Putra tekeng putu, Ucap esthining wong tuwa, Runtut atut tumeka kaki lan nini, Hayem tentrem uripnya. four. Setelah uran-uran tembang / lagu tersebut selesai, bersama-sama terus berangkat menuju kedepan pintu besar disertai gendhing “Ilir-ilir penganten” “ Lir-ilir lir-ilir tandure wus sumilir, Kang ijo royo-royo kasembuh penganten anyar, Cah angon cah angon peneken blimbing kuwi, Lunyu-lunyu peneken gawe masuh dodotira, Dodotira bedhah aneng pinggire, Domana jlumatana kanggo seba mengko sore, Mumpung padhang rembulane miwah kalangene, Yo surak ayo surak ayo”. Tetembangan ilir-ilir diatur sedemikian rupa sehingga berakhirnya berbarengan dengan pembawa kembarmayang sampai didepan pintu besar. Utusan segera melaorkan hasil perjalanannya. – “ Kangmas, sampun kaparengaken dening Pangeran Ingkang Maha Asih. Sarat sarana sampun wonten ing ngarsa panjenengan sekaliyan. Hamung kersoa Kangmas nampi warahipun ingkang maringaken ngampil, mugi dipun ngendikakna dhumateng putra penganten, inggih catur wedha kados ing ngandhap punia 1. Manten lanang, rehne wus ngemong wong wadon, tandang tanduke kudu wus beneh lawan nalikane isih jaka. Mangkono uga manten wadon, kudu ngerteni yen wus ana kang ngemong. Mula ing tumindake tansah netepana wanodya kang wus ora lamban. two. Manten sakarone, jroning batin, sungkema marang maratuwa kadi dene marang wong tuwane dhewe. Awit kang padha mangun bebesanan pengrengkuhe marang mantu uga kaya marang anake dhewe. three. Urip ing bebrayan agung, wajibe netepi hangger-hanggering praja. Pikolehe, pinutra ing Nata miwah kinasih ing sasama. 4. Ngestokna dhedhawuhaning Pangeran lan singkirana wewalering Kang Maha Kawasa. Warahing piyandel utawa Agama kang den anut, tindakna ing sadina-dina, dimen ayem tentrem lahir batin kang pinanggih. + “ Hadhi, sanget ing panuwun kula. Sadaya badhe kula estokaken. Kembarmayang sapirantosipun lajeng kapapana ing sangejenging petanen. Sumangga”. Dengan tenang dan perlahan-lahan utusan menempatkan kembarmayang didepan petanen. Sejak memulai berangkat, menempatkan, hingga kembali dhormati dengan gendhing Ladrang Wilujeng. “ UPACARA SELESAI “ DANDANGGULA SAWABING NABI LAN WALI Untuk menyambut turunnya kembarmayang ada cara yang berbeda dengan keterangan diatas. Perbedaannya terletak pada tembang “Dandanggula penganten” diganti dengan “Dandanggula sawabing Nabi lan Wali”. Kidung tersebut ditembangkan oleh utusan sebagai penebus akan turunnya kembarmayang. Allurement-bait yang ditembangkan antara lain 1. Ana kidung rumeksa ing wengi, Teguh ayu luputa ing lara, Luputa bilahi kabeh, Jim setan datan purun, Peneluhan tan ana wani, Miwah panggawe ala, Gunaning wong luput, Geni temahan tirta, Maling adoh tan ana ngarah mring mami, Guna duduk pan sirna. ii. Sakehing lara pan samya bali, Sakehing ama sami miruda, Welas asih pandalune, Sakehing braja luput, Kadi kapuk tibaning wesi, Sakehing wisa tawa, Sato galak tutut, Kayu aeng lemah sangar, Songing landhak guwaning mong lemah miring, Myang pakiponing merak. three. Pagupakaning warak sakalir, Winacakna ing segara asat, Temahan rahayu kabeh, Dadi sarira ayu, Ingideran pra widadari, Rineksa ing malaekat, Sakathahng Rasul, Pan dadi sarira tunggal, Ati Adam utekku Baginda Esis, Pangucapku ya Musa. 4. Napasku Nabi Ngisa linuwih, Nabi Yakup pamirsaning wang, Yusup ing rupaku mangke, Nabi Dawud swaraku, Njeng Suleman kasekten mami, Nabi Ibrahim nyawa, Edris ing rambutku, Bagendhali kulit ingwang, Abubakar getih daging Umar Singg… Balung Bagendha Ngusman. five. Sumsumipun Fatimah linuwih, Siti Aminah bayuning angga, Ayup minangka ususe, Nabi Nuh ing jejantung, Nabi Yunus ing otot mami, Netraku ya Muhammad, Panduluku Rasul, Pinayungan Adam sarak, Sampun pepak sakathaing para Nabi, Dadya sarira tunggal. Urutan selanjutnya dapat disamakan, sedangkan wewarah dapat disesuaikan dengan keinginan yang empunya kerja.
alat yang digunakan dalam salah satu upacara adat mantu