Adabbicara Nabi ﷺ keempat yakni fokus dengan apa yang disampaikan oleh lawan bicara, tak peduli siapa yang sedang diajak bicara. Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam selalu fokus ketika berbicara sehingga siapa saja yang sehabis berbincang dengan beliau selalu merasa puas. BACA JUGA: 6 Hadist Nabi tentang Akhlak Mulia 1 Niat Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridha Allah, dan hendaknya diiringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. 2. Bersungguh-sungguh Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti, seperti kata pepatah arab manjjada wajada (siapa sungguh-sungguh pasti dapat). 3. Terus-menerus Diantaraadab-adab dalam berbicara dan berkomunikasi yang perlu kita perhatikan serta hendaknya kita mengajarkannya kepada anak-anak kita adalah sebagai berikut; 1. Merendahkan suara saat berbicara Hukum asal dalam berbicara hendaknya dengan suara rendah tanpa meninggikan suara kecuali jika dibutuhkan. FXEar. Di era digital, media sosial sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Beragam kemudahan yang tersedia di media sosial menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk terus menggunakannya sebagai sarana komunikasi dan berbagi informasi. Namun, kebebasan dalam bermedia sosial terkadang tidak dibarengi dengan etika yang apik dalam penggunaannya, sehingga lebih banyak menimbulkan mudharat daripada manfaatnya. Untuk itu ada beberapa rambu yang harus dipahami yang mencirikan kita sebagai muslim yang berakhlak. Kebebasan dalam bermedsos ria tak jarang menimbulkan berbagai problematika di tengah masyarakat. Tak jarang informasi yang beredar tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan adanya hoaks, fitnah, ghibah, namimah, gosip, fitnah, pemutarbalikan fakta, ujaran kebencian, permusuhan, kesimpangsiuran, informasi palsu, dan hal terlarang lainnya yang menyebabkan disharmonisasi sosial. Adab pertama yang harus diperhatikan seorang muslim dalam bermedia sosial adalah Muraqabah merasa selalu diawasi Allah. Apapun yang kita sebarluaskan di media sosial, termasuk niat dibalik postingan tersebut harus disadari bahwa Allah Maha Mengetahui. Dengan selalu merasa diawasi Allah kita hanya akan menggunakan media sosial untuk hal-hal yang membawa maslahat. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman اِنْ تُبْدُوْا شَيْـًٔا اَوْ تُخْفُوْهُ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا Artinya “Jika kamu menampakkan sesuatu atau menyembunyikannya, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. Al-Ahzab 54. Dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia MUI dalam fatwanya Nomor 24 Tahun 2017 menyampaikan tentang hukum dan pedoman bermuamalah melalui media sosial. Fatwa ini mengatur tentang hubungan sosial sesama manusia mulai dari mengirim pesan di media sosial hingga cara memastikan kebenaran informasi yang beredar. Seorang muslim harus senantiasa meningkatkan keimanan, mempererat persaudaraan, mengokohkan kerukunan, dan tidak mengajak kepada hal-hal yang maksiat. Penting bagi seorang Muslim untuk melakukan tabayyun klarifikasi ketika mendapatkan informasi yang belum tentu kebenarannya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Hujurat 6 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ Artinya “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.“ Seorang Muslim dalam menyampaikan informasi harus dengan benar. Islam mengajarkan opini yang jujur dan didasarkan pada bukti dan fakta serta diungkapkan dengan tulus. Tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya di media sosial. Istilah ini disebut qaul zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu. Firman Allah SWT pada Al-Hajj 30 ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ حُرُمٰتِ اللّٰهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۗ وَاُحِلَّتْ لَكُمُ الْاَنْعَامُ اِلَّا مَا يُتْلٰى عَلَيْكُمْ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْاَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوْا قَوْلَ الزُّوْرِ ۙ Artinya “Demikianlah perintah Allah. Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” Perintah untuk amar ma’ruf nahi munkar idealnya juga dipedomani seorang Muslim dalam bermedsos. Sudah saatnya media sosial harus dipergunakan untuk mengajak kepada kebaikan, menyalurkan konten positif melalui berbagai platform yang saat ini banyak digemari masyarakat. Sosial media seperti Youtube, Tiktok, Twitter, Facebook, Instagram, dsb merupakan media yang tepat dan mudah untuk menyebarluaskan kebaikan yang bertanggungjawab. Dan kita harus menjadi orang-orang yang masuk dalam golongan amar ma'ruf nahi munkar. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran 104 وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ Artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Semoga, di tengah arus globalisasi dan gencarnya informasi yang tiada henti setiap detiknya saat ini, kita semakin bijaksana dan arif dalam bermedsos ria. Akhlak yang mencerminkan pribadi Muslim harus terus dipedomani sehingga berbagai fasilitas dan kemudahan zaman dapat membawa maslahat untuk umat dan bangsa. Wallahu a'lam bis shawab. Nurul Badruttamam, Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU loading...Muslimah yang dapat menjaga lisan dengan bertutur kata yang baik serta santun, adalah cerminan akhlak yang baik. Foto ilustrasi/ist Akhlak yang baik akan mengeluarkan bahasa yang baik. Karena itu, seorang muslimah hendaknya menggunakan tata karma dan tutur kata yang baik pula. Jangan sampai bahasa lisan yang disampaikan menyakiti orang lain, ketus, nyelekit dan menimbulkan permusuhan. Contoh terbaik adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Perkataan beliau begitu lembut dan santun. Sehingga masing-masing lawan bicaranya merasa dia yang paling dimuliakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.Baca juga Keutamaan Syafa'at dan Cara Mendapatkannya Seorang muslimah pun harus meneladani perilaku yang dicontohkan Rasulullah. Karena itu, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan dalam berbicara lisan ini. Di antaranya1. Jangan terlalu banyak bicara yang tidak ucapan yang disampaikan menjadi perkataan yang ringkas, jelas yang tidak bertele-tele yang dengannya akan memperpanjang pembicaraan .Allah Ta’ala berfirman لا خير في كثير من نجواهم إلا من أمر بصدقة أو معروف أو إصلاح بين الناس ” النساء الآية 114.“Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia “. QS An nisa114Baca juga Mengenal Istilah Mahar dalam Kosakata Al-Qur'an Dan ketahuilah muslimah, semoga Allah ta’ala merahmatimu dan menunjukimu kepada jalan kebaikan, bahwa di sana ada yang senantiasa mengamati dan mencatat perkataan kita. Sebagaimana Allah firmankan “عن اليمين وعن الشمال قعيد. ما يلفظ من قولٍ إلا لديه رقيب عتيد ” “Seorang duduk disebelah kanan,dan yang lain duduk disebelah satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” QS Qaaf17-18.2. Harus hati-hati dalam berbicara Berusahalah mengontrol lidah hanya untuk mengucapkan perkataan yang bernilai positif dan tidak menyinggung atau menyakiti. Berbicaralah dengan hati-hati, jangan sampai lepas kendali. Hendaknya kita pun senantiasa mengingat akan satu firman Allah Ta'ala yang artinya “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir,” QS. Qaaf 18Baca juga Untuk Muslimah, Pakaian adalah Nikmat Besar dari Allah Ta'ala 3. Berkata yang baik, jika tidak hendaknya diamBerkata yang baik juga merupakan salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah. Sekiranya tidak mampu untuk berbicara yang baik, atau merasa bibir ini gatal manakala mendengar orang bergosip, maka sebaiknya menjauhlah dari hal-hal tersebut. Jangan turut mendengarkan, yang akan memancing untuk turut serta. Rasulullah SAW bersabda“ Siapa yang beriman Kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam,” HR. Bukhari dan Muslim.4. Tidak mencela Kultum yang mengupas tentang adab merupakan kultum yang sangat penting bagi umat Muslim. Adab yang dimaksud di sini adalah perilaku manusia dalam bermasyarakat, beribadah, dan menuntut ilmu yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam. Dalam kultum ini, kita akan membahas tentang adab dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang harus dijaga oleh setiap Menuntut Ilmu1. Bertawadhu’ dan merendahkan diri di hadapan guru2. Bertanya dengan sopan dan tidak berlebihan3. Menjaga kesopanan dan tata kramaTabel tentang Adab Menuntut IlmuAdab Beribadah1. Fokus dalam beribadah2. Menghormati masjid3. Berdoa dengan khusyukAdab Bermasyarakat1. Menghargai orang lain2. Menjaga sopan santun3. Tidak mengganggu ketertiban umumKesimpulanFAQ1. Apa itu adab?2. Mengapa adab harus dijaga dalam kehidupan sehari-hari?3. Bagaimana cara menjaga adab?4. Apa dampak dari tidak menjaga adab?5. Siapa yang harus menjaga adab?DisclaimerMenuntut ilmu adalah salah satu kewajiban bagi setiap muslim. Dalam menuntut ilmu, seorang muslim harus menjaga adab yang baik sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu yang akan dipelajari. Berikut ini beberapa adab yang harus dijaga saat menuntut ilmu1. Bertawadhu’ dan merendahkan diri di hadapan guruKetika belajar, seorang muslim harus bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri di hadapan guru. Hal ini dimaksudkan agar muslim dapat menerima ilmu dengan baik dan tidak terpengaruh oleh sikap sombong atau merasa lebih pintar dari Bertanya dengan sopan dan tidak berlebihanKetika belajar, seorang muslim harus bertanya dengan sopan dan tidak berlebihan. Hal ini dimaksudkan agar muslim dapat memperoleh jawaban yang benar dan tidak mengganggu konsentrasi belajar orang Menjaga kesopanan dan tata kramaKetika belajar, seorang muslim harus menjaga kesopanan dan tata krama. Hal ini dimaksudkan agar suasana belajar menjadi nyaman dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan di antara para tentang Adab Menuntut IlmuAdab Menuntut IlmuKeteranganBertawadhu’ dan merendahkan diri di hadapan guruSeorang muslim harus bersikap tawadhu’ dan merendahkan diri di hadapan dengan sopan dan tidak berlebihanSeorang muslim harus bertanya dengan sopan dan tidak kesopanan dan tata kramaSeorang muslim harus menjaga kesopanan dan tata BeribadahSelain menuntut ilmu, seorang muslim juga harus menjaga adab dalam beribadah. Berikut ini beberapa adab yang harus dijaga saat beribadah1. Fokus dalam beribadahSaat beribadah, seorang muslim harus fokus dan tidak terganggu oleh hal-hal yang tidak Menghormati masjidMasjid adalah tempat suci yang harus dihormati. Seorang muslim harus menjaga kebersihan dan ketertiban Berdoa dengan khusyukSaat berdoa, seorang muslim harus berdoa dengan khusyuk dan menghayati arti dari doa BermasyarakatSeorang muslim juga harus menjaga adab dalam bermasyarakat. Berikut ini beberapa adab yang harus dijaga dalam bermasyarakat1. Menghargai orang lainMenghargai orang lain adalah salah satu bentuk adab yang harus dijaga. Seorang muslim harus menghormati orang lain tanpa memandang status atau Menjaga sopan santunMenjaga sopan santun adalah salah satu bentuk adab yang harus dijaga. Seorang muslim harus selalu sopan dan santun dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang Tidak mengganggu ketertiban umumSeorang muslim harus menjaga ketertiban umum dan tidak melakukan tindakan yang merugikan orang tentang adab merupakan kultum yang sangat penting bagi umat Muslim. Dalam kultum ini, kita telah membahas tentang adab dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari yang harus dijaga oleh setiap muslim. Adab menuntut ilmu, adab beribadah, dan adab bermasyarakat merupakan adab yang harus dijaga oleh setiap muslim agar dapat hidup dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Apa itu adab?Adab merupakan perilaku manusia dalam bermasyarakat, beribadah, dan menuntut ilmu yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Mengapa adab harus dijaga dalam kehidupan sehari-hari?Adab harus dijaga dalam kehidupan sehari-hari agar kita dapat hidup dengan baik dan benar sesuai dengan ajaran Bagaimana cara menjaga adab?Cara menjaga adab adalah dengan selalu mengingat dan mempraktikkan adab yang telah diajarkan oleh agama Apa dampak dari tidak menjaga adab?Dampak dari tidak menjaga adab adalah dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain dalam berbagai aspek Siapa yang harus menjaga adab?Semua orang, terutama umat Muslim, harus menjaga adab dalam kehidupan ini disusun untuk tujuan informasi dan edukasi saja. Penulis tidak bertanggung jawab atas segala tindakan atau keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang terdapat dalam artikel ini. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli agama atau pakar terkait sebelum mengambil keputusan penting. Adab Berbicara Menurut Islam- Bismillah, sudah selayaknya bagi setiap muslim agar menjaga etika dan adab ketika berbicara seperti yang sudah diajarkan oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam melalui haditsnya yang shahih.. Berbicara sesuai tuntunan Rasulullah dapat menyelamatkan kita dari siksa neraka dan memasukkan kita ke dalam surga. Dari Sahl bin Saad radhiyallahu anhu, beliau bersabda, مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ متفق عليه "Barangsiapa yang dapat memberi jaminan atas apa yang ada di antara dua jenggotnya yaitu lisannya dan yang ada di antara kedua kakinya yaitu kemaluannya, maka aku memberikan jaminan surga kepadanya." Muttafaqun alaih Apa saja adab-adab berbicara dalam Islam? Berikut ini adab-adabnya 1. Menjaga Lisan Adab berbicara pertama ialah menjaga lisan. Kita sebagai seorang muslim hendaknya bisa menjaga lisan dengan sebaik-baiknya. Kita wajib menghindari perkataan batil, dusta, adu domba, ghibah menggunjing dan perkataan keji lainnya. Selain itu, dengan perkataan yang buruk akan membuat Allah murka. Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ "Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan, lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataan itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya, lalu ia dilemparkan ke dalam Jahannam." HR. Ahmad 8635, Bukhari 6478, dan yang lainnya Lihatlah di sana dijelaskan bahwa jika ada seseorang yang tidak menjaga lisannya maka ia bisa tergelincir ke dalam neraka Jahannam. Jadi pikirkanlah dahulu sebelum berbicara. Jika memang bermanfaat barulah berbicara. Jika tidak, hendaklah ia menahan lisannya. 2. Mengucapkan Perkataan yang Baik atau Diam juga Termasuk Adab Dari Abu Hurairah radiyallahuanhu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik dan jika tidak, maka diamlah." Muttafaqalaih Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, Adakalanya diam itu lebih baik daripada berbicara, sehingga ada perkataan bahwa diam itu emas. Luqman berkata pada anaknya, "Jika berkata dalam kebaikan adalah perak, maka diam dari berkata yang mengandung dosa adalah emas." Perlu kita ketahui bahwa lisan yang suka mencela atau mencemooh bisa mengantarkan pelakunya pada penyesalan yang sangat dalam. Rasulullah pernah menasehati Muadz bin Jabal, "Maukah kuberitahukan kepadamu kunci semua perkara?" 'Mau, wahai Rasulullah.' jawab Muadz. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, 'Jagalah ini.' 'Wahai Rasulullah, apakah kami bisa disiksa karena perkataan kami?' tanya Muadz. Beliau pun menjawab, 'Celaka engkau, adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?" HR. Tirmidzi Perkataan yang baik selain sebagai penyelamat kita dari siksa neraka, ternyata juga termasuk amalan sedekah. Beliau bersabda, "Kata-kata yang baik adalah sedekah." HR. Bukhari dan Muslim Ucapan yang baik adalah semua perkataan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, seperti tasbih, tahlil, takbir, tahmid, amar ma'ruf nahi mungkar, membaca al Quran, mengajarkan ilmu dan bersikap ramah kepada orang lain serta ucapan yang dapat menyenangkan hati orang lain. Sedekah tidak harus dengan harta. Allah menghitung perkataan yang baik juga sebagai sedekah. Subhanallah indahnya Islam, karena memberi kesempatan kepada siapapun untuk bersedekah, tidak hanya orang-orang kaya saja. 3. Tidak Mengolok-olok Orang Lain Adab berbicara dalam Islam yang ketiga adalah tidak boleh mengolok-olok orang lain karena kekurangannya. Mencela kekurangan orang lain berarti mencela ciptaan Allah. Orang yang mengolok-olok pun belum tentu lebih baik dari yang diolok-olok. Adakalanya mereka lebih baik dari kita. Walaupun secara fisik mereka mempunyai kekurangan. Karena Allah hanya melihat ketakwaan seseorang, bukan bentuk fisiknya. Hal ini telah disebutkan dalam firman Allah Hujurat 11 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan sekumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik..." Selain itu, mencela dan mengolok-olok temannya juga akan membuat hatinya sedih, tersakiti dan bisa jadi malah marah. Hal itu akan membuat pinti-pinti syaitan terbuka baginya. Mari nasehati saudara kita yang masih senang mencela saudaranya. 4. Menjauhi Ghibah dan Namimah adu domba Apa itu ghibah? Ghibah adalah setiap ucapan yang disampaikan kepada orang lain tentang kekurangan dan kejelekannya sedangkan dia tidak hadir di hadapan kita. Yang jelas, bila ucapan itu sampai kepada orang yang sedang dibicarakan, maka ia tidak menyukainya. Seorang mukmin tidak boleh mencari-cari keburukan atau aib orang lain, kemudian menceritakan aib tersebut kepada orang lain. Hal ini dapat menimbulkan kebencian dan permusuhan antar sesama yang dapat menyenangkan setan. Allah telah berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 12. Yakni menyamakan perbuatan ghibah dengan memakan daging saudaranya yang telah mati, tentu hal ini sangatlah menjijikan, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." Lalu apa itu namimah? Sedangkan namimah atau biasanya disebut dengan adu domba adalah seseorang menyampaikan ucapan orang lain, sebagian mereka terhadap sebagian yang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka, seperti memutuskan silaturahmi, saling membenci, bermusuhan dan bahkan sampai kepada peperangan. Maka perbuatan ini termasuk dosa besar. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam pernah menyebutkan dua dosa penyebab adzab kubur dan beliau sendiri telah menyaksikan serta mendengar secara langsung siksaan itu. Dua dosa tersebut adalah tidak sempurna dalam membersihkan najis air kencing dan melakukan perbuatan ghibah atau namimah. عن أبي بكرة رضي الله عنه قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم يَمْشِى بَيْنىِ وَ بَيْنَ رَجُلٍ آخَرَ إِذْ أَتَى عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّ صَاحِبَيْ هَذَيْنِ اْلقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ فَائْتِيَانىِ بِجَرِيْدَةٍ قَالَ أَبُو بَكْرَةَ فَاسْتَبَقْتُ أَنَا وَ صَاحِبىِ فَأَتَيْتُهُ بِجَرِيْدَةٍ فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَوَضَعَ فىِ هَذَا اْلقَبْرِ وَاحِدَةً وَ فىِ ذَا اْلقَبْرِ وَاحِدَةً قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهَمَا مَا دَامَتَا رَطْبَتَيْنِ إِنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ بِغَيْرِ كَبِيْرٍ اْلغِيْبَةِ وَ اْلبَوْلِ Dari Abu Bakrah radliyallahu anhu berkata, ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berjalan di antaraku dan orang lain tiba-tiba Beliau mendatangi dua buah kuburan. Beliau bersabda, "Sesungguhnya dua penghuni kubur ini sedang diadzab, datangkan sebatang pelepah korma kepadaku". Berkata Abu Bakrah, "Lalu setelah nabi menyuruh kami, aku pun berlomba dengan kawanku untuk mendapatkannya". Maka aku bawakan kepada Beliau sebatang pelepah korma, lalu Beliau membelahnya menjadi dua potong. Kemudian meletakkan sepotong pada kubur ini dan sepotong yang lain pada kubur itu. Beliau bersabda, "Mudah-mudahan diringankan adzab dari keduanya selama kedua potong pelepah itu masih basah. Keduanya diadzab bukan karena sebab perkara besar yaitu ghibah dan air kencing". [HR Ahmad V/ 35-36, 39 dan ath-Thabraniy. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy shahih]. Perlu kita ketahui bahwa Islam datang untuk menyatukan umat, menyatukan hati, berbaik sangka kepada orang lain serta mengucapkan perkataan baik dan benar. Sedangkan ghibah dan namimah adalah senjata iblis untuk mencerai beraikan manusia dengan menimbulkan kebencian di antara mereka. 5. Tidak Berdusta Saya yakin semua orang pasti sudah tahu bahwa berdusta bukanlah perbuatan yang mulia, melainkan sangat tercela dan tidak terpuji. Yang dimaksud dusta di sini adalah menyampaikan kabar yang tidak benar. Selain itu berbohong merupakan perbuatan yang dapat menghantarkan pelakunya ke Neraka. عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا ، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا Dari Abdullâh bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata "Rasûlullâh Shallallahualaihi wa sallam bersabda, 'Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta pembohong." [ Ahmad I/384; al-Bukhâri no. 6094 dan dalam kitab al-Adabul Mufrad no. 386 At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan shahih."] 6. Menghindari Perkataan yang Keji Perkataan yang baik akan menentramkan hati dan berpahala besar. Oleh karenanya, Rasulullah senantiasa menekankan agar kita menjauhi perkataan yang keji, melaknat, perkataan kotor dan lainnya. Rasulullah bersabda, "Bukan seorang mukmin apabila ia suka menghujat, suka melaknat, berkata keji dan buruk." HR. Tirmidzi 7. Sedikit Berbicara Adab yang ketujuh adalah sedikit berbicara dan menghindari banyak bicara, sebab banyak bicara merupakan salah satu sebab terjatuhnya seseorang ke dalam dosa. Rasulullah bersabda, "Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh tempat duduknya di antara kalian dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak bicara, orang yang memfasih-fasihkan cara bicaranya dan orang yang sombong." HR. Tirmidzi Dari hadits di atas menunjukan bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak menyukai orang yang banyak bicara. Dan para sahabat pun tidak menyukai orang yang banyak bicara. Umar bin Khattab pernah menyampaikan, "Barangsiapa yang banyak bicara, maka ia akan sering melakukan kesalahan." Maka dari itu jagalah lisan kita dengan tidak berlebihan dalam berbicara apalagi kepada lawan jenis yang bukan mahramnya. 8. Tidak Menceritakan Semua yang Didengarkan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ Termasuk kedustaan seseorang apabila dia menceritakan segala apa yang didengarnya. HR. Muslim Biasanya kita mendengar berita adakalanya benar dan terkadang dusta. Jika kita tidak memastikan kebenaran suatu berita yang kita dengar maka kita tidak akan lolos dari dusta. Oleh karena itu kita dilarang tidak menceritakan apapun yang kita dengar sebelum mencari kebenarannya. 9. Meninggalkan Perdebatan Walaupun Kalian Benar Poin kesembilan juga banyak dilakukan oleh masyarakat hari ini, apalagi sekarang ini adalah masa media sosial. Di mana banyak sekali yang terbawa arus dalam perdebatan-perdebatan yang tak ada manfaatnya. Padahal nabi sendiri telah memerintahkan kita agar tidak larut dalam perdebatan, meskipun kita dalam posisi yang benar. Beliau bersabda, ﻋَﻦ ﺃَﺑِﻲ ﺃُﻣَﺎﻣَﺔ ﻗَﺎﻟَﻘَﺎﻝ ﺭَﺳُﻮﻝ اﻟﻠَّﻪ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪ ﻭَﺳَﻠَّﻢ ﺃَﻧَﺎ ﺯَﻋِﻴﻢ ﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺭَﺑَﺾ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻤِﺮَاء ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣُﺤِﻘًّﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﻭَﺳَﻄ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺗَﺮَﻙ اﻟْﻜَﺬِﺏ ﻭَﺇِﻥ ﻛَﺎﻥ ﻣَﺎﺯِﺣًﺎ ﻭَﺑِﺒَﻴْﺖ ﻓِﻲ ﺃَﻋْﻠَﻰ اﻟْﺠَﻨَّﺔ ﻟِﻤَﻦ ﺣَﺴَّﻦ ﺧُﻠُﻘَﻪ "Aku menjamin sebuah istana di sekitar surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan walaupun dia dalam keadaan benar. Dan dipertengahan surga bagi seorang yang meninggalkan kedustaan walau dalam bercanda dan di bagian surga tertinggi bagi yang terpuji akhlaknya." HR. Abu Dawud, dalam sunannya, no 4167 10. Menjaga Rahasia Saudaranya juga Termasuk Adab Berbicara Menjaga rahasia termasuk amanah yang wajib untuk dijaga dan disembunyikan. Seseorang yang melepasluaskan rahasia termasuk orang yang mengkhianati amanah. Dan perbuatan tersebut merupakan salah satu dari sifat orang-orang munafik. Tsabit dari Anas pernah bercerita, "Rasulullah pernah menjumpaiku di saat saya sedang bermain dengan dua anak kecil. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada kami. Lalu beliau mengutusku untuk suatu keperluan, sehingga aku terlambat menjumpai ibuku. Ketika aku tiba, ibuku bertanya, 'apa yang menghambatmu?' Aku menjawab, 'Tadi Rasulullah mengutusku untuk suatu keperluan.' Ibuku bertanya, 'apakah keperluan beliau tersebut?' Aku menjawab, 'Keperluan beliau tersebut suatu rahasia.' Ibuku mengatakan, 'Janganlah engkau ceritakan rahasia Rasulullah itu kepada siapapun." 11. Menghomati yang Lebih Tua dalam Berbicara Adab selanjutnya adalah menghormati yang lebih tua dengan mendahulukannya dalam berbicara. Mungkin ini juga termasuk adab berbicara terhadap orang tua yang usianya lebih tinggi dibandingkan kita. Dari Rafi' bin Khudaq dan Sahl bin Abi Hatsmah, keduanya mengatakan bahwa Abdullah bin Sahl dan Muhaishah bin Mas'ud mendatangi Khaibar. Keduanya terpisah dalam peperangan, kemudian Abdullah bin Sahl terbunuh. Maka Abdurrahman bin Sahl, Huwaishah dan Muhaisah yang keduanya anak Mas'ud mendatangi nabi. Mereka membicarakan perkara sahabat mereka. Mulailah Abdurrahman berbicara di mana ia yang paling muda pada kaum tersebut. Maka Nabi berkata kepadanya, "Muliakanlah orang tua." Maksudnya hendaklah yang berbicara terlebih dahulu adalah yang lebih tua." Itulah salah satu adab berbicara, terutama kepada orang yang lebih tua. Sangat dilarang untuk mendahului mereka dalam berbicara atau malah membentaknya. 12. Tidak Memotong Pembicaraan Orang Lain Tidak memotong pembicaraan, dimana nabi shalallahu alaihi wassalam pernah berbicara kepada orang-orang lalu tiba tiba datang seorang Ara Badui bertanya kepada beliau shalallahu alaihi wasalam tentang hari kiamat. Namun nabi tetap terus melanjutkan pembicaraannya, kemudia ketika sudah usai, maka nabi bertanya, "Mana tadi yang bertanya tentang hari kiamat? Lalu nabi pun menjawab tentang hari kiamat. 13. Tidak Tergesa-gesa Ketika Berbicara Pembicaraan yang tergesa-gesa menyebabkan isi pembicaraan tidak bisa dipahami dengan baik oleh pendengar. Dalam berbicara, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tidak pernah tergesa-gesa, sehingga setiap orang yang duduk menyimaknya akan memahami apa yang beliau katakan. Dalam sebuah hadits disebutkan, "Rasulullah tidak berbicara dengan cepat sebagaimana kalian berbicara dengan cepat. Beliau berbicara dengan tanda pemisah yang akan dapat dihafalkan oleh para pendengarnya." HR. Bukhari Bagi teman-teman yang memang sudah bawaan dari lahir berbicara cepat dan terkesan tergesa-gesa mungkin bisa dilatih supaya lebih pelan. Insyaallah sedikit demi sedikit akan bisa. Berdoa dan meminta tolong kepada Allah ta'ala. 14. Merendahkan Suara saat Berbicara Hendaknya kita merendahkan suara kita ketika berbicara dengan orang lain. Sebab, dengan cara seperti itu dapat menyenangkan hati orang yang mendengarnya karena merasa dihargai. Sedangkan, meninggikan suara saat berbicara merupakan sikap meremehkan orang lain, serta dapat menimbulkan kebencian dan pertengkaran. Allah berfirman, "...dan pelankanlah suaramu, karena sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." QS. Luqman 19 15. Berhati-hati dalam Memuji Adab yang terakhir saat berbicara ialah hendaknya berhati-hati ketika memuji seseorang. Apabila ada teman kita mampu meraih sebuah prestasi, maka kita boleh memujinya. Namun, harus hati-hati dalam memujinya. Karena, bila kita terlalu berlebihan dalam memujinya dikhawatirkan dapat menjadikannya lupa diri atau menjadi sombong. Maka hendaknya kita memujinya sewajarnya saja. Baca juga adab bercanda dalam Islam untuk diajarkan kepada anak Alhamdulillah, akhirnya selesai juga pembahasan adab berbicara dalam Islam berdasarkan hadits dan sunnah nabi yang shahih. Semoga bermanfaat bagi para pendidik dan peserta didik, ajarkan mereka adab-adab Islami supaya anak-anak dapat meniru akhlak para Salafus Shalih. Wallahu'alam [Dirangkum dari kitab Seri Adab Berbicara/Abu Hudzaifah at-thalibi/Media Shalih/1] Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan teman. Seorang teman yang baik terkadang bisa melebihi kebaikan saudara sendiri. Hal ini dimungkinkan sebab hubungan antar teman cenderung setara di mana berlaku prinsip menghargai antara satu dengan yang lain. Anjuran untuk saling menghargai seperti itu sangat jelas sebagaimana dikemukakan oleh Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 444, sebagai berikutآداب الإخوان الاستبشار بهم عند اللقاء، والابتداء بالسلام، والمؤانسة والتوسعة عند الجلوس، والتشييع عند القيام، والإنصات عند الكلام، وتكره المجادلة في المقال، وحسن القول للحكايات، وترك الجواب عند انقضاء الخطاب، والنداء بأحب الأسماء Artinya “Adab berteman, yakni Menunjukkan rasa gembira ketika bertemu, mendahului beruluk salam, bersikap ramah dan lapang dada ketika duduk bersama, turut melepas saat teman berdiri, memperhatikan saat teman berbicara dan tidak mendebat ketika sedang berbicara, menceritakan hal-hal yang baik, tidak memotong pembicaraan dan memanggil dengan nama yang disenangi.”Dari kutipan di atas dapat diuraikan ketujuh adab berteman sebagai berikutPertama, menunjukkan rasa gembira ketika bertemu. Hal ini menjadi salah satu tanda pertemanan yang baik. Orang-orang yang bermusuhan cenderung saling membenci ketika bertemu sehingga lebih sering menghindar dari pertemuan. Teman yang baik tidak hanya menunjukkan rasa gembira, tetapi juga saling menjaga perasaan masing-masing ketika bertemu dengan menghindari sikap atau kata-kata yang tidak mengenakkan. Kedua, mendahului mengucapkan salam. Seorang teman tidak sungkan-sungkan untuk mendahului beruluk salam meskipun mungkin ia lebih tinggi kedudukannya secara sosial. Seorang teman cenderung menempatkan diri setara dengan tidak memandang yang lain lebih rendah dari dirinya. Tentu saja secara moral, pihak yang mendahului mengucapkan salam adalah lebih baik sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang diriwayatkan Abu Dawud dan ramah dan lapang dada ketika duduk bersama. Hubungan pertemanan memang sangat menyenangkan terutama karena tidak ada jarak di antara mereka. Hal seperti ini memungkinkan terjalinnya keakraban satu sama lain dan keramahan yang tulus. Jika terjadi hal-hal yang khilaf, seorang teman akan cenderung mudah memaafkan karena umumnya tidak menginginkan pertemannnya menjadi renggang. Keempat, ikut melepas saat teman berdiri. Sikap ini menunjukkan penghargaan atau penghormatan terhadap teman. Dalam konteks pertemanan, seseorang tidak lazim diperlakukan seperti bawahan sebagaimana dalam sebuah struktur tertentu, misalnya pabrik. Artinya hubungan pertemanan tidak bisa disamakan dengan hubungan kerja antara atasan dan bawahan. Seorang teman memperlakukan temannya sebagaimana ia ingin diperlakukan sama dengan teman tersebut. Dan inilah hakikat pertemanan yakni kesetaraan. Kelima, memperhatikan saat temana berbicara dan tidak mendebat di saat sedang berbicara. Sikap ini juga menunjukkan penghargaan atau penghormatan terhadap teman sebagai wujud dari kesetaraan. Dalam pertemanan kedua belah pihak tidak ingin saling menyakiti. Hal-hal yang bisa merusak pertemanan akan dihindari sebanyak mungkin. Teman yang baik bisa melebihi kebaikan saudara sendiri. Hal ini sering terjadi di dalam masyarakat. Keenam, menceritakan hal-hal yang baik. Sebagaimana diuraikan dalam poin kelima bahwa dalam pertemanan kedua belah pihak tidak ingin saling menyakiti. Salah satu caranya adalah menceritakan hal-hal yang baik dan bukan menceritakan hal-hal yang bisa menimbulkan rasa malu, tersakiti ataupun menyinggung perasaannya. Jika hal seperti ini bisa dijaga dengan baik tentu hubungan pertemanan akan langgeng, dan bahkan bisa berlanjut hingga ke anak tidak memotong pembicaraannya dan memanggil dengan nama yang disenangi. Memotong pembicaraan seorang teman tanpa alasan yang kuat bisa berarti tidak menghormatinya. Hal seperti ini sebaiknya dihindari untuk menjaga hubungan baik antar teman. Demikian pula memanggil teman sebaiknya dengan panggilan yang ia senangi. Seseorang mungkin biasa dipanggil sesuai dengan pekerjaannya. Tetapi apabila panggilan seperti ini sebetulnya tidak dia senangi, maka sebaiknya dihindari. Demikianlah ketujuh adab seorang teman sebagaimana nasihat Iman Al-Ghazali. Apabila ketujuh adab ini dapat dipraktikkan dengan baik, tentu hubungan antar teman akan terus berlanjut dengan baik. Bahkan tidak jarang dari hubungan pertemanan atau persahabatan bisa meningkat menjadi hubungan yang lebih dekat lagi seperti menjadi menantu, mertua atau besan dan sebagainya sebagaimana Rasulullah akhirnya menjadi menantu bagi sahabat Abu Bakar as-Shiddiq RA dan Umar bib Khattab RA; dan beliau juga menjadi mertua bagi sahabat Utsman bin Affan RA. Ali bin Abi Thalib RA juga menjadi menantu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di samping sebagai saudara sepupu. Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta.

kultum tentang adab berbicara